Kelong-Kelong
Palloserang Sebagai Pembentukan Ideologi Anak Di Kabupaten Jeneponto Desa
Barana
Oleh :
Dita
1210444015
JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2015
I.
Latar
Belakang
musik
merupakan salah satu perilaku manusia yang disebut sebagai bagian dari budaya.
Musik adalah aktivitas budaya yang sangat akrab dengan kehidupan manusia.
Meriam
mengklasifikasikan sepuluh fungsi musik dalam masyarakat, yaitu sebagai (1).
respon fisik; (2) sarana komunikasi; (3) ekspresi emosi; (4) representasi
simbolik; (5) pengetahuan konformitas terhadap norma sosial; (6) validasi
intuisi sosial dan ritual keagamaan; (7) kontribusi kepada kontinuitas dan
stabilitas budaya; (8) kontribusi kepada integrasi masyarakat; (9) kesenangan
terhadap keindahan, dan (10) segi hiburan.
Dari
pernyataan diatas maka musik dianggap suatu perilaku manusia yang tidak lahir
dengan sendirinya dalam ruang yang kosong, melainkan musik hadir dimasyarakat
karena mempunyai fungsi serta manfaat terhadap masyarakat. musik dianggap
sebagai suatu fenomena yang sangat penting sehingga musik dijadikan sebagai
objek kajian dengan disiplin ilmu etnomusikologi dengan tujuan menggali
makna-makna serta manfaat serta kolerasi yang terkandung dalam musik tersebut.
Kelong-Kelong palosserang artinya
nyanyian untuk menidurkan anak. Dalam nyanyian tersebut terdapat beberapa
kalimat yang menggambarkan tentang bagaimana kasih sayang serta kecintaan
seorang ibu dan hal yang lebih penting lagi, dalam kelong-kelong palloserang
juga dianggap sebagai salah satu bagian dalam pembelajaran tentang
perilaku-perilaku yang baik yang sesuai dengan adat istiadat masyarakatnya.
penulis menganggap ini musik yang sangat penting untuk dikaji dimana musik
tersebut mempunyai peranan penting dalam pembelajaran anak-anak.
Kita ketahui bahwa keluarga
merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai rangkaian proses inteaksi
sosial yang dialami individu selama hidupnya. Dalam sebuah hadits, menurut
kesaksian Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Setiap bayi dilahirkan di
atas fitrah (mentauhidkan Allah), kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
seorang Yahudi, atau seorang Nasrani atau seorang Majusi.”(HR.Muslim).Hal
tersebut dimungkinkan karena kedudukan keluarga sebagai komponen terkecil dari
struktur masyarakat, tempat pertama bagi individu mengenal manusia lain diluar
dirinya. Disamping itu juga didalam keluargalah anak mulai mengenal peranan
dirinya sebagai manusia.
Proses terjadinya interaksi sosial didalam
lingkungan keluarga dimulai sejak kelahiran, kelong-kelong palloserang ini
merupakan wujud yang nyata dari hal itu diberikan dalam bentuk kasih sayang
yang memberi anak rasa nyaman, rasa diterima, serta rasa diakui keberadaanya.
Dengan demikian diatas sehingga
dalam penulisan makalah ini diberi judul “Kelong-Kelong
Palloserang Sebagai Pembentukan Ideologi Anak Di Kabupaten Jeneponto’’.
Kelong-kelong dianggap penting karena salah satuperilakumanusia yang sangatberperan
pentingdalampembentukan ideologi. kita ketahui bahwa
ideologi itu sangat dibutuhkah oleh setiap manusia dimana dianggap sebagai
prinsip dasar dalam kehidupan seperti yang dikatakan oleh Louis Althuser Ideologi sangat penting karena memberikan
gambaran tentang bagaimana semestinya manusia menjalani hidupnya. Selain itu, Lukacs
juga mengemukakan bahwa
ideologi merupakan konsep kesadaran kelas
dalam arti sekumpulan
pengetahuan yang dipercayai
oleh suatu kelas
sosial.
Sesungguhnya
setiap orang membutuhkan ideologi, karena setiap orang perlu memiliki keyakinan
tentang bagaimana semestinyadalam
menjalankan kehidupannya. Ideologi yang dimaksudkan adalah prinsip dasar
seseorang yang dalam bahasa makassar siri’
na pacce yang merupakan gambaran kecil akan nilai-nilai budaya yang berakar
pada sistem, tekad, dan prinsip yang esensial. Nilai-nilai budaya siri’ na
pacce hakikatnya merupakan potensi dan kekayaan pola pikir yang dimiliki suatu
kelompok masayarakat.Siri’
yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Makassar adalah
sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce ( Bahasa Makassar ) adalah dua
kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Makassar dalam mengarungi
kehidupan di dunia ini.Siri’ adalah rasa malu yang terurai dalam
dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, rasa dendam ( dalam hal-hal yang
berkaitan dengan kerangka pemulihan harga diri yang dipermalukan ).Sehingga Siri’ dianggap sesuatu yang tabu bagi
masyarakat Makassar dalam interaksi dengan orang lain. Sedangkan pacce
merupakan konsep yang membuat manusia
ini mampu menjaga solidaritas kelompok. Pacce merupakan sifat belas kasih dan
perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, meskipun berlainan suku
dan ras.
Dengan
adanya falsafah dan ideologi Siri’ na pacce maka keterikatan dan kesetiakawanan
di antara masyarakat Makassar kabupaten jeneponto menjadi kuat, baik sesama
suku maupun dengan suku yang lain. Konsep kesetiakawanan, solidaritas, merasa
iba hati, melihat sesama warga yang mengalami penderitaan atau tekanan batin
dikarenakan perbuatan orang lain dan musibah. Konsep panngali'/perasaan hormat
adalah penanaman sikap hormat dan saling menghargai sesama, juga termasuk kepada
sesuatu yang dianggap bersih atau
suci. Semua
konsep ini merupakan sikap moral yang menjaga stabilitas dan berdimensi harmonis
agar tatanan sosial atau adat istiadat berjalan secara dinamis.
Dalam
kajian ini penulis berusaha melihat bagaimana kelong-kelong palloserang membentuk ideologi (siri’ na pace) melalui
interaksi orang tua terhadap anaknya yang dianggap paling berpengaruh
dalam kehidupan. Secara umum,
kajian
ini meyakini bahwa
persepsi siri’ na pacce terpusat pada
praktek-praktek teori social dengan
asumsi bahwa anak-anak
dapat memperoleh pengetahuan
terhadap siri’ na pace melalui interkasi
social dalam lingkungannya
dengan menganalisa discourse (wacana) dan menceritakan
kembali interkasi anak terhadap orang tua melalui kelong
palloserang sebagai ilustrasi untuk meilihat bagaimana
pola piker anak
dalam berinteraksi dimasa
depan. Secara spesifik kajian ini akan melihat
bagaimana ideologi siri’ napacce
dalam wacana kelong-kelong
palloserang dengan cara menempatkan anak sebagai subject, kelong-kelong pallo serang sebagai wacana dan ibu sebagai pelaku atau penyayi. Sebagai langkah-langkah untuk melihat latar terbentuknya pola pikiranak dalam berinteraksi dimasa depan.
Rumusan Masalah
Bagaimana
aspek musikal kelong-kelong paloserang?
Bagaimana
kelong-kelong palloserang menjadi media interaksi anatara ibu dan anak?
II.
Pembahasan
Kelong-kelong palloserangmerupakan suatu
perilaku rutinitas dinyanyikan ketika menidurkan anak-anak dengan tujuan supaya
anak-anak cepat tertidur. kelong-kelong paluserang tersebut sampai saat ini
masih sering ditemukan di berbagai daerah khusunya didaerah-daerah terpencil.
Menurut Bacce Dg. Te'ne warga disalah
satu daerah dikabupaten jeneponto desa barana.
Kelong-kelong tersebut
dikatehui sejak kecil karena sering mendengarkan ketika dia ditidurkan oleh
orang tuanya, setiap beliau ditidurkan selalu dinyanyikan akhirnya beliau keseringan mendengar dan
sampai saat ini beliau masih melakukan kebiasaan-kebiasan tersebut dengan hal
yang sama yang dilakukan oleh orang tuanya.Sampai saat ini belum ada data yang
pasti bahkan penulis sama sekali tidak pernah menemukan tulisan serta
pembahasan mengenai kelong-kelong tersebut.
Penulis tertarik saat mendengarkan
kelong-kelong dinyanyikan selain dari syair yang khas juga dianggap sangat
filosofis dan mempunyai makna tersendiri. menurut diskusi dengan Amir Razak
salah satu dosen etnomusikologi, beliau mengatakan bahwa orientasi lirik lagu
yang terdapat dalam kelong-kelong palloserang ada 3 yaitu doa atau harapan,
wujud kasih sayang, dan pengajaran. dalam kalimat lagu tersebut terdapat 8/8
ejaan kata dalam satu kalimat.
Kelong-kelong palloserang temasuk dalam
golongan solo vokal karena lagu dinyanyikan oleh satu orang tanpa iringan
isntrument dan kalimat melodi berulang-ulang karena kalimat melodi hanya ada
satu bentuk, jika dianalisis mengunakan tangga nada diatonis maka nada-nada
yang terdapat dalam kalimat melodi adalah C#
D# E F nada tersebut yang diulang dengan
ritme sesuai dengan bentuk lirik lagu tersebut. syair lagu kelong-kelong
palloserang tidak terbatas bahkan sampai berjam-jam tidak akan ada habisnya
kecuali anak-anak sudah tertidur.
Lagu-lagu dinyanyikan terus-menerus
sampai anak-anak tetidur, sembari melambaikan ayunan si anak lagu-lagupun tetap
dinyanyikan.Ada kalanya ketika anak-anak ditidurkan tanpa ayunan namun
ditidurkan dikasur. Pelaksanaan hampir sama yaitu menyanyikan, namun bedanya
ketika ditidurkan diatas kasur seorang ibu ikut berbaring sambil memeluk dan
menyanyikan lagu-lagu tersebut.
III.
Kelong-Kelong
Palloserang Sebagai Wacana dan Media Interaksi Antara Anak dan Orang Tua
1.
Aspek musikal kelong-kelong
palloserang
Kelong-kelong Palloserang
menggunakan aspek tangga nada musik “Barat”
menggunakan tangga nada diatonis (musik barat), maka kelong palloserang dapat
dimainkan dengan nada dasar A (tiga kres). Sebenarnya penyanyi sama sekali
tidak menyadari kalau nada yang mereka mainkan dalam lagu tersebut adalah nada
diatonis, penyanyi hanya menyanyikan tergantung dengan mood, hanya saja penulis
menggunakan analisis tangga nada diatonis sebagai suatu panduaan yang dapat
memastikan skala-skala nada yang digunakan dalam kelong-kelong palloserang.
Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis skala nada dengan menggunakan auto
cromatik hasil yang ditemukan tidak murni nada diatonis, dalam frase nada
hanya terdapat lima nada diatanranya
C#-D#-E-F-F#. Lima nada tersebut yang diulang-ulang dengan menggunakan lirik
yang beragam.
Melirik aspek gaya musikal kelong-kelong
palloserang terdapat istilah tokko, dan
luk, dalam bahasa makassar tokko, adalah cengkok, dimana dalam
perjalanan melodi terdapat pengembangan nada yang berbeda-beda tergantung
dengan karakter lagu yang akan dibawakan, dalam hal ini karakter lagu
kelong-kelong palloserang menggunakan cengkok dengan gaya lokal yaitu gaya
vokal sulawesi. Dimana menggunakan nada renda kemudian up tempo. Luk, yang dimaksudkan adalah nada-nada
yang relatif dan bergerak cepat dan pendek. Dari segi gaya
penyajian kelong-kelong masuk dalam golongan solo vokal karena dinyanyikan
dengan satu orang tanpa ada iringan instrument.
2.
Arti
dan makna syair
lagu kelong-Kelong palloserang
Eyaeya le tinro mako naung anak siluserang sumanga’nu anak.
Nu pada lompo na
nupada cini’ te’ne.
Sumanga’numabellayya battungaseng makomae ranggassinnu pakalepu tallasanu rikong.
Artinya:
Eyaeya
le tidurlah anak bersama semangatmu, besarlah anak seiring
dengan semangatmu.
Semangatmu
yang jauh di sana datanglah kemari, membawa kesehatan dan
bersatu dalam hidupmu anak.
“Eyaeya
le” merupakan kata tambahan yang tidak mengandung makna
sama sekali namun hanya
sebagai pendukung atau dapat
disebut sebagai hiasan kata dalam lagu. “semangat” diartikan sebagai jiwa, semangat, spirit. Kata semangat tersebut mengandung arti yang sangat luas namun
dalam lagu tersebut lebih spesifik diartikan sebagai spirit jiwa.
Dalam
syair diatas diartikan memanggil kembali spirit jiwa seorang anak, dengan harapan dapat besar
bersama seiring dengan spirit jiwanya, karena menurut keyakinan masyarak tersebut hidup tan spirit jiwa itu tidak
ada artinya.
Menurut kepercayaan masyarakat tersebut spirit jiwa
itu yang mengatur
kelangsungan
aktifitas serta perilaku-perilaku manusia.
Eyaeya
le manna tinggi kalukua
manna parang layang-layang kuambi tonji
punnasiri’ latappela.
Artinya:
Walau tinggi pohon
kelapai barat tingginya laying anak
aku panjat juga jika
harga diri akan hilang.
Ini merupakan prinsip dasar bagi
kesluruhan masyarakat yang
di makassar.
''Siri /harga diri'' merupakan hal yang paling terpenting, harga diri merupakan harta
besar dalam kehidupan karena harga
diri sangat kuat kaitannya dengan moral manusia.Siri’ yang terjadi bilamana seseorang di hina
atau diperlakukan diluar batas
kemanusiaan.
Maka ia
(atau keluarganya bila ia
sendiri tidak mampu) harus menegakkan Siri’nya untuk mengembalikan Dignity yang telah dirampas sebelumnya. Jika tidak ia
akan disebut
mate siri (mati harkat dan martabatnya
sebagai manusia). Seperti yang dikatakan Shelly Errington“
Untuk orang bugis makassar,
tidak ada tujuan atau
alasan hidup
yang lebih tinggi daripada menjaga Siri’nya.dan kalau mereka
tersinggung
atau di permalukan (Nipakasiri’) mereka lebih senang
mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya daripada hidup
tanpa Siri’.
Meninggal karena
Siri’ disebut Mate nigollai, mate nisantangngi artinya mati diberi
gula dan santan atau
mati secara manis dan
gurih atau mati untuk
sesuatu yang berguna. Siri’ yaitu pandangan hidup yang bermaksud untuk
mempertahankan, meningkatkan atau
mencapai suatu prestasi yang dilakukan dengan sekuat
tenaga dan segala jerih
payah demi Siri’ itu
sendiri, demi Siri’ keluarga dan
kelompok.Sehingga apapun dan
bahkan bagaimana
pun juga akan dilakukan demi mempertahankan harga dirinya.
Harga
diri sangat kuat peranannya terhadap eksistensi manusia
dalam kehidupan sosialnya, harga diri sebagai
prinsip dasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting
karena harga dirilah yang membedakan manusia dengan binatang.
Eya eya le manna mabella bori’nu anak ka bori’nu ji ma
bella pangranuanu anak karinakke ngaseng inji rikong
Artinya:
Walau jauh tempat
tinggalmu tetapi harapan dan kasih
sayang masih tetap
bersamaku.
Syair lagu tersebut menggambarkan tentang
bagaimana kasih sayang seorang
anak, terhadap orang atau
sebaliknya.
Kasih sayang dalam bahasa makassar pacce secara harfiah bermakna pedih dan
perih yang dirasakan meresap dalam kalbu seseorang karena melihat penderitaan orang lain. Pacce, bila dikaitkan
dengan kehidupan dalam bersosial maka dapat diartikan sebagai alat penggalang persatuan, solidaritas,
kebersamaan, rasa kemanusiaan dan memberi motivasi untuk berusaha meskipun dalam
keadaan yang sangat terdesak. Semoga
kau bahagia biar orang yang berada dapat melihat
kebahagianmu.
Orang
berada meski hanyut masih
ada sandarannya kita yang miskin jika hanyut
tetaplah hanyut.
Eya eyale e tau sunggua manna
mannyu’ niaja na ta’rampei tau kamasea anak amnyuna tulusu’na anak.
Artinya:
“orangberada”
diartikan sebagai
orang yang tingkat strata sosialnya lebih
tinggi, maka
dalam syair tersebut lebih kepada
penentuan eksistensi masyarakat dalam artian
masyarakat miskin baru dapat
dihargai ketika hidupnya lebih bahagia. Bahagia yang di maksudkan di
atas adalah hidup yang dapat saling menghargai terhadap sesamanya.
Orang
yang berada ketika
“hanyut” ataupun yang masalah masih banyak yang bias menolongnya tetapi
kita yang miskin
jika hanyut maka larutlah ke
dalam masalah tersebut.
Di
sini diartikan sebagai interaksi sosial yang harmoni karena dalam
kehidupa nmasyarakat tersebut membutuhkan interaksi dan saling
tolong menolong. Jika diartikan lebih
dalam lagi maka lagu
tersebut memberikan pesan bahwa
hiduplah yang bahagia
dengan saling menghargai dan saling
tolong menolong terhadap sesama. Kita sebagai orang miskin sangat membutuhkan orang lain karena hanya orang lain yang bias membantu kita jika
dalam masalah.
Secara keseluruhan makna yang terdapat dalam syair
tersebut dapat diartikan sebagai ungkapan seorang ibu untuk
anaknya agar dapat
hidup bahagia dan hidup
berdampingan
selaras dengan masyarakat-masyarakat sekitarnya.
Pengalaman
anak mengenal music
pertama-tama melalui bahasa syair atau
lirik, kemudian melalui lingkungannya. Lingkungan yang
dimaksudkan adalah dimana anak berinteraksi, sementara anak-anak paling banyak
berinteraksi kepada orang tua (ibu sebagai pengasuh) Karena anak-anak lahir
ibarat kertas kosong dan yang paling banyak menulis serta mengisi kertas kosong
tersebut adalah orang tua. Dimana kelong-kelong palloserang ini hadir disetiap
anak akan menutup mata karena kelong-kelong palloserang sudah menjadi kebiasaan
dan menjadi salah satu cara yang selalu hadir saat menidurkan anak-an
3. Kelong-kelong
Palloserang Menjadi Media Interaksi
Dari
lingkungan anak
mengenal bunyi serta suara yang
dapat
didengar atas produksi vibrasi
atau getaran gelomban
gsuara. Dari sumber suara kemudian anak mulai belajar menyanyi dan hampir sama prosesnya pada
waktu anak mulai belajar berbicara yaitu
dengan cara meniru.
Saat peniruan anak tersebut menjadi proses pembentukan kepribadian, anak-anak
dapat berbicara menggunakan bahasa daerah diakibatkan oleh orang-orang yang ada
disekitarnya. Sama halnya dengan anak-anak yang mendengarkan syair-syair dan
mencoba menirukannya dan begitupun juga dengan perilaku. Jika ia mendengarkan
lagu yang berkesan gembira, gagah, penuh ekspresi serta gaya, ia akan
meniru model atau contoh dari yang mengajarinya.
Bentuk
melodi atau bentuk lagu yang terdapat dalam kelong-kelong palosserang hanya ada
satu bentuk, satu bentuk tersebut dimainkan dengan menggunakan syair yang tidak
terbatas jumlahnya sampai anak dapat tertidur.
Dapat
kita lihat bahwa kalimat melodi atau kalimat lagu yang berulang-ulang secara
teratur dalam tempo yang sama membawa perasaan hanyut sehinnga sampai mereka
tertidur. Meski seorang anak yang berusia 1-2 tahun kebawah belum bisa memaknai
lagu tersebut namun adanya kalimat lagu yang teratur dan berulang-ulang
memberikan ketenangan. dapat dilihat dalam keseharian kita bahwa bayi akan
menyusui lebih tenang dan lebih mudah berhenti menangis di dada sang ibu
(pelukan ibu) suatu kemungkinan besar karena merasakan keteratuan detak
jantung. Seperti yang dikatakan oleh wigram, bila element musik stabil dan
dapat diprediksi maka subjec cenderung merasa rileks. Selain itu juga dikatakan
bahwa element relaksasi yang potensial jika adanya stabilitas yang
berangsur-angsur pada irama, tempo, timbre, tekstur yang konsisten, garis
melodi yang terprediksi serta pengulangan-pengulangan materi ( bentuk melodi
atau bentuk lagu). Selain itu juga
dikatakan musik yang berirama melow dan melankolis merupakan jenis musik yang
menyayat perasaan. Musik semacam itu bisa menurunkan asupan sejumlah komposisi
kimia dalam otak.
Dengan
demikian diatas dapat kita mengetahui bahwa musik mempunyai stimulasi terhadap
manusia agar dapat menyenangkan perasaan pendengar, misalnya seorang anak lebih
cepat tertidur ketika mendengarkan lagu-lagu dibandingkan tidak mendengar sama
sekali.
Meski
penjelasan tersebut belum sampai ketitik bagaimana bagian tubuh merespon bunyi
namun dapat kita melihat dari pengalaman empirik khusnya bagi para pendengar
musik. Kita semua mengetahui bahwa musik dapat membuat kita senang, maka dari
itulah kita mendengarkan musik, dan mungkin bisa saja musik mempunyai kebutuhan
lain dalam tubuh misalnya musik dijadikan sebagai pengobatan, musik sebagai
media terapi, serta musik sebagai media untuk simedi.
Hal
ini menunjukan bahwa adanya peranan musik dalam kehidupan manusia sehingga
musik itu masih ditemukan dilingkungan hidup manusia.
Dr.
Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitian dalam sebuah seminar
konseling dan psikoterapi Islam, beliau mengatakan bahwa setiap suara atau
sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti;
memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan
tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit,
menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan
kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan
kemampuan berbahasa, dan lain sebagainya.
Meski demikian diatas bukan berarti hal yang mutlak, peranan musik dalam
pembentukan karakter anak sangatlah kurang karena musik sangat abstrak untuk
bisa di serap secara ideal. Yang paling berperan penting dalam pembentukan
ideologi atau prinsip anak itu lebih kepada lirik lagu karena kalimat lebih
mudah dimaknai dibandingkan dengan nada-nada itu sendiri, penulis hanya
mewujudkan bahwa elemen-elemen dalam musikal itu terdapat kolerasi terhadap
konteks dan manusianya. sehingga kita dapat melihat bahwa bentuk melodi dalam
kelong-kelong palloserang dalam konteks menidurkan anak juga mempunyai peranan
tertentu meskipun sangat minimalis.
Bernyanyi merupakan suatu kegiatan
yang dapat menyenangkan bagi anak dan pengalaman bernyanyi ini memberikan
kepuasan tersendiri kepada anak. Bernyanyi tidak jauh beda dengan membacakan
cerpen kepada anak sehingga anak lebih cepat tertidur. hal demikian merupakan
hal yang menjadi fenomena umum yang terdapat diberbagai daerah demikian juga
terjadi di makassar sulawesi selatan.
Kelong-kelong palloserang
dinyanyikan pada dasarnya yaitu menidurkan anak-anak namun disisi lain juga
merupakan kegiatan yang menunjang perkembangan anak khususnya dalam hal
perkembangan motorik, perkembangan bahasa dan berfikir, serta perkembangan
social. Dalam menyanyi anak
dapat mengembangkan kemampuan
motoriknya melalui perasaan irama lagu yang dinyanyikannya.
Dengan
menyanyi anak dapat mengembangkan
kemampuan bahasa dan berfikirnya
yakni melalui syair-syair
lagu yang dilafalkannya dan
dengan menyanyi pula anak dapat
mengembangkan kehidupan sosialnya yakni melalui tema
atau lirik-lirik lagu
yang menggambarkan lingkungan
tempat tinggalnya atau
alam sekitarnya. Oleh
sebab itu, kegiatan bernyanyi
merupakan kegiatan yang penting bagi anak. Masa kanak-kanak dibagi ke dalam dua
tahap yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak akhir. Pada usia ini
ketergantungan anak semakin berkurang sedangkan sikap mandiri semakin bertambah
secara perlahan-lahan.
Faktor-faktor sosial menjadi kajian
yang sangat rumit dimana adanya
bermacam-macam aspek yang menjadi latar belakang yang mendorong manusia
berinteraksi. Tidak lain bahwa lingkungan yang menjadi faktor terbentuknya
kesadaran dan kesadaran sendiri yang membentuk pergerakan untuk merubah sosial.
Dengan munculnya pemikiran para ahli sosial mengenai interaksi manusia sangat
memberikan kontribusi dimana mewujudkan pemikirannya melalui realita-realita
yang mereka temui. Faktor yang membentuk tindakan atau pola pikir atau selera
seseorang adaalah faktor fenomena sosial, fenomena sosial yang menjadi
pembentukan yang paling natural hingga pada pembentukan ideologi itu sendiri.
Ideologi yang di
bicarakan di sini adalah corak kehidupan yang ada pada diri seseorang yang
memberi ciri khas bagi pemiliknya dan membedakannya dengan orang lain. Maka,
kita bisa melihat penampakan kepribadian yang ada pada diri manusia itu dari
luar, berupa perbuatan-perbuatan fisik maupun sikap-sikap mental yang
ditampakkannya secara konstan dalam kehidupan kesehariannya. Kita bisa
mengenali mana orang yang baik dan mana orang yang jahat dari tingkah laku yang
dijalankannya dan sikap mental yang ditampakkannya. Kita bisa mempersepsikan
mana orang yang terhormat dan mana orang yang hina dari berbagai sikap dan
omongan yang ditampilkannya secara tetap.
Penanaman ideologi yang mungkin tidak kita sadari selama ini
menjadi pengaruh besar dalam kreatifitas pola berfikir individu. Dapat dilihat
dari mental manusia serkarang ini dimana manusia sudah menjadi suatu produk
yang selalu diikat dengan aturan atau digerakkan dengan ideologi-ideologi
tertentu demi kepentingan tertentu.
Banyak faktor yang membentuk
ideologi manusia dalam interaksi sosialnya. Yang pertama dapat kita lihat
interaksi secara langsung atau mengikuti sistem-sistem yang baku. Secara tidak
sadar hal demikian juga menjadi faktor pengaruh dalam pola berfikir ataun
kreatifitas manusia, dengan adanya ajaran moral, agama, adat-istiadat menjadi
panutan besar untuk seseorang berinteraksi. Fenomena demikian
diatas menjadi suatu landasan berfikir, dimana penulis lebih spesifik membahas
dengan ruang lingkup yang kecil, yaitu ruang keluarga. Keluarga yang menjadi
perang penting dalam pembentukan ideologi, dimana ajaran-ajaran selalu
dilontarkan pada anak disetiap harinya atau disetiap anak melakukan hal yang
salah.
Diusia remaja pendidikan dan
lingkungan dimana anak bergaul yang menjadi peran penting dalam pembentukan
ideologi individu. Seperti yang telah dijelaska sebelumnya bahwa pengaruh
kepribadian lebih kepada hal yang tidak disadari dimana dimana tindakan yang
yang menjadi rutinitas secara tidak sengaja akan mengakar dalam tubuh kita.
Secara tidak sadar tindakan seorang
anak dibangun dimana mereka berinteraksi. Interaksi paling dominan adalah
lingkup keluarga salah satunya adalah kelong-kelong palloserang dimana dalam
syairnya selalu mengandung nilai-nilai budaya yang secara tidak sadar akan
tertanam dalam diri setiap individu. Sesuai yang dijelaskan sebelumnya bahwa
kelong-kelong palloserang menjadi suatu perilaku rutinitas bagi masyarakat makassar
dimana disetiap menidurkan anak-anak selalu dinyanyikan lagu-lagu yang
berisikan pesan-pesan dan harapan, dan mengenai harapan juga merupakan suatu
tindakan yang pada dasarnya membawa kita kepada titik penyadaran.
Jika dilihat kebelangsungan kelong-kelong
palloserang menjadi media interaksi antara anak dan orang tua memang tidak
secara langsung membentuk pola pikir anak tetapi perlu disadari bahwa
tindakan-tindakan itu semua berasal dari tiruan, setelah umur dewasa dan
mempunyai interaksi yang lebih luas diluar lingkungan keluarga akhirnya
perubahan ideologi berlangsung dimana manusia sudah dapat membedakan mana yang
harus dilakukan dan mana yang dilarang.
Dengan adanyanya pola pikir seperti
ini secara tidak sadar yang memperlihatkan kita tentang baik dan buruk itu
dibangun sebelum kita berinteraksi lebih luas. Interaksi lebih luas itu hanya
menjadi pertimbangan tentang pengetahuan yang kita dapat sebelumnya sebelumnya
dan juga dapat menjadi perkembangan.
Salah satu contoh kecil bahwa
interaksi sosial sangat penting buat keseluruman manusia karena adanya prinsip
bahwa gotong royong lebih dapat mempermudah suatu pekerjaan. Dan lebih
sederhana lagi baahwa lahirnya suatu komunitas atau kelompok masyarakat kita
dapat membangun kekuatan massa yang lebih kuat.
Hadirnya
kelong-kelong palloserang dimasyarakat sebagai lagu yang dinyanyikan untuk
menidurkan anak-anak itu menjadi pengisi ruang yang sangat luas, dimana
anak-anak belum begitu banyak diajarkan tentang prinsip-prinsip atau cara
bergaul dengan baik, hal demikian karena orang tua hanya melihat dan mendidik
anak dan jika melakukan hal yang salah maka teguran baru dilontarkan. Hal
demikian terjadi sangat relatif yang berbeda dengan rutinitas kelong-kelong
palloserang dimana setia tidur lagu itu dinyanyikan. Pada akhirnya hal demikian
menjadi sangat berkesan buat anak-anak, dan dengan munculnya kesan ini maka
timbullah akan rasa rindu dan sifat hormat kepada orang tua. Contoh kecil
ketika kita melihat orang tua kita, kadang merasa sedih ketika orang tua bekerja
keras sementara kita masih enak untuk bermain, dimana munculmnya rasa sedih ini
kalau tidak pada bagaimana orang tua mendidik kita dan bagaimana sisksanya
orang tua membesarkan kita, dan pada akhirnya semua rasa kasih dan rasa hormat ini muncul dan tertanam
dalam diri setiap individu, Contoh lain yang paling sering terjadi adalah anak
yang manja yang merasa tidak bisa berpisah dengan orang tuanya, hal demikian
karena orang tuanya selalu memberikan rasa kasih sayang yang lebih kepada anak,
dan pada akhirnya rasa kasih sayang ini tertanam dalam diri anak hingga pada
akhirnya anak tidak bisa lepas tanpa pantauan orang tua.
IV.
Kesimpulan
Penekanan
kajian pada faktor-faktor sosial dalam memahami tingkah-laku individu dalam
konteks sosial dengan melibatkan kelong-kelong palloserang dan pada akhirnya
membawa kita pada kajian tentang musik dan bahasa. Lalu, lebih jauh lagi kajian
tentang pengaruh bahasa yang terkandung dalam musik terhadap kesadaran dan
perilaku manusia membawa kita pada kajian tentang ideologi karena kajian
ideologi menyediakan penjelasan bagaimana pengaruh sosial terutama melalui
bahasa dan musik yang dapat masuk dan mengarahkan perilaku individu. Hal
demikian menekankan pentingnya memahami pengaruh ideologi dalam pembentukan
opini individu dalam suatu masyarakat tertentu Dengan beragamnya
benturan-benturan dalam perkembangan jaman yang dapat melahirkan dan membentuk
idiologi individu kepada hal yang instan. Dengan hadirnya kajian kelong-kelong
paloserang ini semoga dapat menjadi suatu pertimbangan besar buat masyarakat
untuk memilih lebih tepat media yang dapat dijadikan media dalam membentuk
ideologi anak. Semoga dengan hadirnya makalah yang membahas tentang
kelong-kelong palloserang dimasyarakat makassar kabupaten jeneponto desa barana
ini dapat menjadi pemahaman yang hingga pada akhirnya dapat menfilter hal-hal
yang pantas untuk dibenturkan kepada anak-anak.
Dengan
lancarnya benturan media kepada masyarakat sehingga beberapa
kebiasaan-kebiasaan masyarakat itu lebih diperhatikan lagi, hal yang paling
penting dalam pembentukan ideologi adalah hal yang berlandaskan dengan
adat-istiadat, nilai moral dan agama, sangat disayangkan kebiasan-kebiasan ini
digantikan dengan media sosial yang tidak terpungkiri yang dapat mebentuk
ideologi individu yang instan.
jhohan,
Respons Emosi Musikal, (Bandung:
Lubuk agung) 2010 hal. 1.
Alan
P. Merriam, The Anthropology of Musik, (Northwestern: Univrsity Press,
1964) hal.209-227.
Wawancara Bacce Dg Te’ne 20 april 2015.
http://archive.org/stream/TerryEagleton-IdeologyAnIntroduction/TerryEagleton-Ideology-AnIntroduction_djvu.txt
Hamunah, Musik Keroncong Dalam Sejarah, Gaya dan Perkembangan, Yogyakarta:
Pusat Musik Liturgi,1987, 1-7.
Lorraine e. Watters, Etc.The Magic of Music,(Hollis Center, ME, U.S.A,1967), 18.
Jhohan, Terapi Musik Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Galang Press, 2006) , 46.
https://siipe2r007.wordpress.com/2012/06/11/karya-ilmiah-pengaruh-musik-terhadap-kesehatan-jiwa-fungsi-dan-kerja-otak-manusia/
https://www.facebook.com/Pusatairkangen/posts/455264671248221
Depdikbud.Musik dan Anak-anak. Jakarta: Depdikbud. 1996, 164.