Konflik perbedaan pendapat dalam peleastarian seni saat ini semakin nampak. Beberapa hari yang lalu penulis mengikuti beberapa komentar di dinding facebook. Menurut hemat saya ini hal yang menarik karena dapat menstimulus masyarakat lainnya untuk berfikir bahwa bagaimana pelestarian seni yang baik dilaksanakan.
Komentar di dinding facebook bukanlah hal yang pertama kali penulis temui melainkan ini memang terjadi dari beberapa tahun sebelumnya di berbagai bangsa di indonesia. Dan menurut penulis sendiri ini sesuatu yang wajar, Namun saja butuh sedikit pencerahan bahwa pelestarian suatu budaya bukanlah ruang yang harus dibatasi melainkan toleransi harus di perbanyak.
Upaya pelestarian kesenian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan eksistensi seni dimasyarakat, namun perlu disadari bahwa upaya pelestarian bukanlah hanya berada pada suatu kelompok saja melainkan beberapa kelompok juga mempunyai upaya pelestarian baik disadari maupun tidak disadari.
Berbicara upaya pelestarian seni secara realitanya bukan hanya pelestaraian semata-mata melainkan ada beberapa kepentingan didalamnya. Sangat jarang ditemukan kelompok masyarakat bertindak dengan murni pelestarian. Seperti misalanya sanggar atau sebuah lembaga, di setiap aktivitasnya selalu didasari dengan nilai rupiah karena memang itu yang menjadi kebutuhan secara universal dimasyarakat sekaligus sebagai sarana penunjang yang paling utama.
Dengan hal diatas maka tidak heran jika sebuah kelompok menjadikan seni sebagai ruang komersil. Hal ini yang mendorong kreatifitas tanpa batas bagi lembaga-lembaga seni. Sehingga muncul upaya pengembangan seni dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasar dan menciptakan daya tarik masyarakat tehadap sebuah kesenian.
Bukan hanya itu beberapa lembaga lainnya mempunyai orientasi yang berbeda misalnya sebuah kelompok yang mendudukan seni sebagai sarana ritual. Lembaga demikian tidak terlalu mementikan pengembangan melainkan orientasi pada filosofi dan nilai seni itu sendiri. Selain itu pelestarian seni juga sangat dipengaruhi oleh ruang pendidikan, misalnya sekolah atau perguruan tinggi yang mempunyai pembelajaran tentang seni, pendidikan dalam hal ini dapat dikatakan sebagai tali penyambung bagi generasi muda, secara tidak sadar generasi muda juga dapat mengetahui kesenian daerah karena pendidikan. Dapat dilihat bahwa pendidikan tidak terlalu mementingkan perkembangan seni karena orientasi pendidikan hanya sebatas memberi tahu. Kemudian untuk perkembangan seni diberikan kebebesan pada setiap individu untuk menyesuaika dengan konteks.
Dengan pemahaman di atas penulis dapat menarik benang merah bahwa setiap kelompok atau lembaga kesenian mempunyai cara tersendiri dalam melestarikan seni. Seni yang lestari dan mendapatkan eksistensi dimasyarakat karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga suatu kewajaran ketika setiap kelompok seni mempunyai orientasi yang berbeda-beda dalam melestarikan seni.
Dengan orientasi setiap Lembaga diatas sehingga seni mendapatkan ruang yang lebih luas. dapat disimpulkan bahwa setiap lembaga memberikan kontribusi terhadap pelestarian seni.
Beberpa ilmuan sudah memberikan pencerahan bahwa fungsi seni dimasyarakat diantaranya yaitu, hiburan, dan ritual. Pada realitanya lembaga yang menganggap seni itu sebagai ritual sangat fanatik dan anti dengan perkembangan atau pengaruh, Begitupun dengan sebaliknya. Namun perlu direnungi bahwa seni dapat lestari jika di butuhkan dimasyarakat dan kelestarian sesuatu dapat terlaksana jika dapat mengikuti perkembangan zaman.
Kefanatikan setiap kelompok atau lembaga seni tidak dapat dijadikan sebagai hal yang mutlak karena itu hanya "bagaian" dan bukan sepenunya terhadap kelestarian suatu seni.
Kembali menghubungkan tentang komentar di facebook beberapa hari yang lalu. Kalau penulis berpendapat Bahwa komentar tersebut hanya kefanatikan suat kelompok dan itu bukan hal yang mutlak.
Berbicara tentang kefanatikan dan kepemilikan sebuah kelompok bukalah cara yang tepat dalam upaya pelestarian. Jika seni hanya sebagai milik kelompok tertentu maka jangan dijadikan sebagai pertunjukan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, karena kesenian bukanlah wujud yang mutlak sehingga banyak kemungkinan seni yang sekarang menjadi inspiriasi atau rangsangan untuk menciptakan seni dalam bentuk baru yang berbeda tanpa merubah media sebelumnya.
Menurut hemat penulis. Bukan kefanatikan yang perlu dijunjung tinggi melainkan kreatifitas atau strategi dalam menciptakan pasar dan membangun generasi yang perlu di perbanyak. Semakin banyak kelompok yang mengembangkan kesenian semakin banyak ruang kelestarian kesenian.
Jangan ada pembungkaman intelektual di antara kita...!!!! Hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar