KELONG-KELONG
PALLOSERANG SEBAGAI PENYALURAN FALSAFAH HIDUP (SIRI’ NA PACCE) KEPADA ANAK DI
DESA BARANA KECAMATAN BANGKALA BARAT KABUPATEN JENEPONTO
Oleh: Dita
Jurusan
Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
I.
PENDAHUALUAN
Latar Belakang
Musik merupakan salah satu perilaku manusia yang disebut
sebagai bagian dari budaya. Musik adalah aktivitas budaya yang sangat akrab
dengan kehidupan manusia.[1]
Meriam mengklasifikasikan sepuluh fungsi musik dalam masyarakat, yaitu sebagai
(1). respon fisik; (2) sarana komunikasi; (3) ekspresi emosi; (4) representasi
simbolik; (5) pengetahuan konformitas terhadap norma sosial; (6) validasi
intuisi sosial dan ritual keagamaan; (7) kontribusi kepada kontinuitas dan
stabilitas budaya; (8) kontribusi kepada integrasi masyarakat; (9) kesenangan
terhadap keindahan, dan (10) segi hiburan.[2]
Musik dianggap suatu perilaku manusia yang tidak lahir dengan sendirinya dalam
ruang yang kosong, melainkan musik hadir dimasyarakat karena mempunyai fungsi
serta manfaat terhadap masyarakat. musik dianggap sebagai suatu fenomena yang
sangat penting sehingga musik dijadikan sebagai objek kajian dengan disiplin
ilmu etnomusikologi dengan tujuan menggali makna-makna serta manfaat serta
kolerasi yang terkandung dalam musik tersebut.
Kelong-Kelong palosserang artinya nyanyian untuk menidurkan anak. Dalam
nyanyian tersebut terdapat beberapa kalimat yang menggambarkan tentang
bagaimana kasih sayang serta kecintaan seorang ibu dan hal yang lebih penting
lagi, dalam kelong-kelong palloserang juga dianggap sebagai salah satu bagian
dalam pembelajaran tentang perilaku-perilaku yang baik yang sesuai dengan adat
istiadat masyarakatnya.[3]
penulis menganggap ini musik yang sangat penting untuk dikaji dimana musik
tersebut mempunyai peranan penting dalam pembelajaran anak-anak.
Keluarga merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai
rangkaian proses inteaksi sosial yang dialami individu selama hidupnya. Dalam
sebuah hadits, menurut kesaksian Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap bayi dilahirkan di atas fitrah (mentauhidkan Allah), kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau seorang Nasrani atau seorang Majusi.”(HR.Muslim).[4]Hal
tersebut dimungkinkan karena kedudukan keluarga sebagai komponen terkecil dari
struktur masyarakat, tempat pertama bagi individu mengenal manusia lain diluar
dirinya. Disamping itu juga didalam keluargalah anak mulai mengenal peranan
dirinya sebagai manusia. Proses terjadinya interaksi sosial didalam lingkungan
keluarga dimulai sejak kelahiran, kelong-kelong palloserang ini merupakan wujud
yang nyata dari hal itu diberikan dalam bentuk kasih sayang yang memberi anak
rasa nyaman, rasa diterima, serta rasa diakui keberadaanya. Dengan demikian
diatas sehingga dalam penulisan makalah ini diberi judul “Kelong-Kelong
Palloserang Sebagai Penyaluran Falasafah Hidupa di Desa Barana Kec. Bangkala
Barat Kabupaten Jeneponto’’. Kelong-kelong dianggap penting karena salah satu
perilaku manusia yang sangat berperan penting dalam pembentukan ideologi.
Ideologi itu sangat dibutuhkah oleh setiap manusia dimana
dianggap sebagai prinsip dasar dalam kehidupan seperti yang dikatakan oleh
Louis Althuser Ideologi sangat penting
karena memberikan gambaran tentang bagaimana semestinya manusia menjalani
hidupnya.[5]
Selain itu, Lukacs juga mengemukakan bahwa ideologi merupakan konsep kesadaran
kelas dalam arti sekumpulan pengetahuan yang dipercayai oleh suatu kelas
sosial.[6] Sesungguhnya
setiap orang membutuhkan ideologi, karena setiap orang perlu memiliki keyakinan
tentang bagaimana semestinyadalam menjalankan kehidupannya. Ideologi yang
dimaksudkan adalah prinsip dasar seseorang yang dalam bahasa makassar siri’ na
pacce yang merupakan gambaran kecil akan nilai-nilai budaya yang berakar pada
sistem, tekad, dan prinsip yang esensial. Nilai-nilai budaya siri’ na pacce
hakikatnya merupakan potensi dan kekayaan pola pikir yang dimiliki suatu
kelompok masayarakat.[7]
Siri’ na pacce merupakan konsep kesadaran hukum dan
falsafah masyarakat Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na
Pacce ( Bahasa Makassar ) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari
karakter orang Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Siri’ adalah
rasa malu yang terurai dalam dimensi-dimensi harkat dan martabat manusia, rasa
dendam ( dalam hal-hal yang berkaitan dengan kerangka pemulihan harga diri yang
dipermalukan ). Sehingga Siri’ dianggap sesuatu yang tabu bagi masyarakat Makassar
dalam interaksi dengan orang lain. Sedangkan pacce merupakan konsep yang
membuat manusia ini mampu menjaga solidaritas kelompok. Pacce merupakan sifat
belas kasih dan perasaan menanggung beban dan penderitaan orang lain, meskipun
berlainan suku dan ras. Falsafah atau ideologi Siri’ na pacce membuat
keterikatan dan kesetiakawanan di antara masyarakat Makassar kabupaten
jeneponto menjadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yang lain. Konsep
kesetiakawanan, solidaritas, merasa iba hati, melihat sesama warga yang
mengalami penderitaan atau tekanan batin dikarenakan perbuatan orang lain dan
musibah. Konsep panngali'/perasaan hormat adalah penanaman sikap hormat dan
saling menghargai sesama, juga termasuk kepada sesuatu yang dianggap bersih
atau suci. Semua konsep ini merupakan sikap moral yang menjaga stabilitas dan
berdimensi harmonis agar tatanan sosial atau adat istiadat berjalan secara
dinamis.[8] Dalam kajian ini penulis berusaha melihat bagaimana
kelong-kelong palloserang membentuk ideologi (siri’ na pace) melalui interaksi
orang tua terhadap anaknya yang dianggap paling berpengaruh dalam kehidupan.
Secara umum, kajian ini meyakini bahwa persepsi siri’ na pacce terpusat pada
praktek-praktek teori social dengan asumsi bahwa anak-anak dapat memperoleh
pengetahuan terhadap siri’ na pace melalui interkasi social dalam lingkungannya
dengan menganalisa discourse (wacana) dan menceritakan kembali interkasi anak
terhadap orang tua melalui kelong
palloserang sebagai ilustrasi untuk meilihat bagaimana pola piker anak dalam
berinteraksi dimasa depan. Secara spesifik kajian ini akan melihat bagaimana
ideologi siri’ napacce dalam wacana kelong-kelong palloserang dengan cara
menempatkan anak sebagai subject, kelong-kelong pallo serang sebagai wacana dan
ibu sebagai pelaku atau penyayi. Sebagai langkah-langkah
untuk melihat latar terbentuknya pola pikiranak dalam berinteraksi dimasa
depan.
Rumusan
Masalah
Bagaimana aspek musikal kelong-kelong paloserang?
Bagaimana kelong-kelong palloserang menjadi media
interaksi anatara ibu dan anak?
II.
Pembahasan
Kelong-kelong palloserang merupaka rutinitas dinyanyikan
ketika menidurkan anak-anak dengan tujuan supaya anak-anak cepat tertidur.
kelong-kelong palloserang tersebut sampai saat ini masih sering ditemukan diberbagai
daerah khusunya didaerah-daerah terpencil. Menurut Bacce Dg. Te'ne warga
disalah satu daerah di kabupaten jeneponto desa barana. Kelong-kelong tersebut
dikatehui sejak kecil karena sering mendengarkan ketika dia ditidurkan oleh
orang tuanya, setiap beliau ditidurkan selalu dinyanyikan akhirnya beliau
keseringan mendengar dan sampai saat ini beliau masih melakukan
kebiasaan-kebiasan tersebut dengan hal yang sama yang dilakukan oleh orang
tuanya. Sampai saat ini belum ada data yang pasti bahkan penulis sama sekali
tidak pernah menemukan tulisan serta pembahasan mengenai kelong-kelong
tersebut. Penulis tertarik saat mendengarkan kelong-kelong dinyanyikan selain
dari syair yang khas juga dianggap sangat filosofis dan mempunyai makna tersendiri.
Orientasi lirik lagu yang terdapat dalam kelong-kelong palloserang ada 3 yaitu
doa atau harapan, wujud kasih sayang, dan pengajaran. dalam kalimat lagu
tersebut terdapat 8/8 ejaan kata dalam satu kalimat.[9]
Kelong-kelong palloserang temasuk dalam golongan solo
vokal karena lagu dinyanyikan oleh satu orang tanpa iringan isntrument dan
kalimat melodi berulang-ulang karena kalimat melodi hanya ada satu bentuk, jika
dianalisis mengunakan tangga nada diatonis maka nada-nada yang terdapat dalam
kalimat melodi adalah C# D# E F nada
tersebut yang diulang dengan ritme sesuai dengan bentuk lirik lagu tersebut.
Syair lagu kelong-kelong palloserang tidak terbatas
bahkan sampai berjam-jam tidak akan ada habisnya kecuali anak-anak sudah
tertidur. Lagu-lagu dinyanyikan terus-menerus sampai anak-anak tetidur, sembari
melambaikan ayunan si anak lagu-lagupun tetap dinyanyikan.Ada kalanya ketika
anak-anak ditidurkan tanpa ayunan namun ditidurkan dikasur. Pelaksanaan hampir
sama yaitu menyanyikan, namun bedanya ketika ditidurkan diatas kasur seorang
ibu ikut berbaring sambil memeluk dan menyanyikan lagu-lagu tersebut.
III. Kelong-Kelong Palloserang Sebagai Wacana dan Media Interaksi Antara
Anak dan Orang Tua
1. Aspek
musikal kelong-kelong palloserang
Kelong-kelong Palloserang menggunakan aspek tangga nada
musik “Barat” menggunakan tangga nada diatonis (musik barat), maka kelong
palloserang dapat dimainkan dengan nada dasar A (tiga kres). Sebenarnya
penyanyi sama sekali tidak menyadari kalau nada yang mereka mainkan dalam lagu
tersebut adalah nada diatonis, penyanyi hanya menyanyikan tergantung dengan
mood, hanya saja penulis menggunakan analisis tangga nada diatonis sebagai
suatu panduaan yang dapat memastikan skala-skala nada yang digunakan dalam
kelong-kelong palloserang. Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis skala
nada dengan menggunakan auto cromatik
hasil yang ditemukan tidak murni nada diatonis, dalam frase nada hanya
terdapat lima nada diatanranya C#-D#-E-F-F#.
Lima nada tersebut yang diulang-ulang dengan menggunakan lirik yang beragam.
Gaya musikal kelong-kelong
palloserang terdapat istilah tokko, dan luk, dalam bahasa makassar tokko, adalah cengkok, dimana dalam
perjalanan melodi terdapat pengembangan nada yang berbeda-beda tergantung
dengan karakter lagu yang akan dibawakan, dalam hal ini karakter lagu
kelong-kelong palloserang menggunakan cengkok dengan gaya lokal yaitu gaya
vokal sulawesi. Dimana menggunakan nada renda kemudian up tempo. Luk, yang
dimaksudkan adalah nada-nada yang relatif dan bergerak cepat dan pendek.[10]
Dari segi gaya penyajian kelong-kelong masuk dalam golongan solo vokal karena
dinyanyikan dengan satu orang tanpa ada iringan instrument.
2. Arti dan
makna syair lagu kelong-Kelong palloserang
Eyaeya le tinro
mako naung anak siluserang sumanga’nu anak.
Nu pada lompo na
nupada cini’ te’ne.
Sumanga’numabellayya
battungaseng makomae
eranggassinnu
pakalepu tallasanu rikong.
Artinya:
Eya
eya le tidurlah anak
bersama semangatmu, besarlah anak seiring dengan semangatmu. Semangatmu yang
jauh di sana datanglah kemari, membawa kesehatan dan bersatu dalam hidupmu
anak.
“Eya eya le”
merupakan kata tambahan yang tidak mengandung makna sama sekali namun hanya
sebagai pendukung atau dapat disebut sebagai hiasan kata dalam lagu.
“semangat’’ diartikan sebagai jiwa, semangat, spirit. Kata semangat tersebut
mengandung arti yang sangat luas namun dalam lagu tersebut lebih spesifik
diartikan sebagai spirit jiwa. Dalam syair di atas diartikan memanggil kembali
spirit jiwa seorang anak, dengan harapan dapat besar bersama seiring dengan
spirit jiwanya, karena menurut keyakinan masyarak tersebut hidup tan spirit
jiwa itu tidak ada artinya. Sesuai kepercayaan masyarakat tersebut spirit jiwa
itu yang mengatur kelangsungan aktifitas serta perilaku-perilaku manusia.
Eyaeya le manna tinggi
kalukua manna parang layang-layang kuambi tonji punnasiri’ latappela.
Artinya:
Walau tinggi pohon kelapi barat tingginya laying anak aku
panjat juga jika harga diri akan hilang. Hal tersebut merupakan prinsip dasar
bagi keseluruhan masyarakat di makassar. ''Siri/harga diri'' merupakan hal yang
paling terpenting, harga diri merupakan harta besar dalam kehidupan karena
harga diri sangat kuat kaitannya dengan moral manusia.Siri’ yang terjadi
bilamana seseorang di hina atau diperlakukan diluar batas kemanusiaan. Maka ia
(atau keluarganya bila ia sendiri tidak mampu) harus menegakkan Siri’nya untuk
mengembalikan Dignity yang telah dirampas sebelumnya. Jika tidak mereka akan
disebut mate siri (mati harkat dan
martabatnya sebagai manusia). Seperti yang dikatakan Shelly Errington“ Untuk
orang bugis makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi
daripada menjaga Siri’nya.[11] Kalau
mereka tersinggung atau di permalukan (Nipakasiri’) mereka lebih senang mati
dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya daripada hidup tanpa Siri’.
Meninggal karena Siri’ disebut Mate
nigollai, mate nisantangngi artinya mati diberi gula dan santan atau mati
secara manis dan gurih atau mati untuk sesuatu yang berguna. Siri’ yaitu
pandangan hidup yang bermaksud untuk mempertahankan, meningkatkan atau mencapai
suatu prestasi yang dilakukan dengan sekuat tenaga dan segala jerih payah demi
Siri’ itu sendiri, demi Siri’ keluarga dan kelompok.Sehingga apapun dan bahkan
bagaimana pun juga akan dilakukan demi mempertahankan harga dirinya. Harga diri
sangat kuat peranannya terhadap eksistensi manusia dalam kehidupan sosialnya,
harga diri sebagai prinsip dasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting
karena harga dirilah yang membedakan manusia dengan binatang.
Eya eya le manna
mabella bori’nu anak ka bori’nu ji ma bella pangranuanu anak karinakke ngaseng
inji rikong
Artinya:
Walau jauh tempat tinggalmu tetapi harapan dan kasih
sayang masih tetap bersamaku. Syair lagu tersebut menggambarkan tentang
bagaimana kasih sayang seorang anak, terhadap orang atau sebaliknya. Kasih
sayang dalam bahasa makassar pacce secara harfiah bermakna pedih dan perih yang
dirasakan meresap dalam kalbu seseorang karena melihat penderitaan orang lain. Pacce, bila dikaitkan
dengan kehidupan dalam bersosial maka dapat diartikan sebagai alat penggalang persatuan, solidaritas,
kebersamaan, rasa kemanusiaan dan memberi motivasi untuk berusaha meskipun
dalam keadaan yang sangat terdesak. Semoga kau bahagia biar orang yang berada
atau dapat melihat kebahagianmu. Orang berada meski hanyut masih ada
sandarannya kita yang miskin jika hanyut tetaplah hanyut.
Eya eyale e tau
sunggua manna mannyu’ niaja na ta’rampei tau kamasea anak amnyuna tulusu’na
anak.
Artinya:
“Orang berada” diartikan sebagai orang yang tingkat
strata sosialnya lebih tinggi, maka dalam syair tersebut lebih kepada penentuan
eksistensi masyarakat dalam artian masyarakat miskin baru dapat dihargai ketika
hidupnya lebih bahagia. Bahagia yang di maksudkan di atas adalah hidup yang
dapat saling menghargai terhadap sesamanya. Orang yang berada ketika “hanyut”
ataupun yang masalah masih banyak yang bias menolongnya tetapi kita yang miskin
jika hanyut maka larutlah ke dalam masalah tersebut. Hal tersebut diartikan
sebagai interaksi sosial yang harmoni karena dalam kehidupan masyarakat
tersebut membutuhkan interaksi dan saling tolong menolong. Jika diartikan lebih
dalam lagi maka lagu tersebut memberikan pesan bahwa hiduplah yang bahagia
dengan saling menghargai dan saling tolong menolong terhadap sesama. Kita
sebagai orang miskin sangat membutuhkan orang lain karena hanya orang lain yang
bias membantu kita jika dalam masalah. Secara keseluruhan makna yang terdapat
dalam syair tersebut dapat diartikan sebagai ungkapan seorang ibu untuk anaknya
agar dapat hidup bahagia dan hidup berdampingan selaras dengan
masyarakat-masyarakat sekitarnya.
Pengalaman anak mengenal music pertama-tama melalui bahasa syair atau
lirik, kemudian melalui lingkungannya. Lingkungan yang dimaksudkan adalah
dimana anak berinteraksi, sementara anak-anak paling banyak berinteraksi kepada
orang tua (ibu sebagai pengasuh) Karena anak-anak lahir ibarat kertas kosong
dan yang paling banyak menulis serta mengisi kertas kosong tersebut adalah
orang tua. Dimana kelong-kelong palloserang ini hadir disetiap anak akan
menutup mata karena kelong-kelong palloserang sudah menjadi kebiasaan dan
menjadi salah satu cara yang selalu hadir saat menidurkan anak-an
3. Kelong-kelong
Palloserang Menjadi Media Interaksi
Lingkungan merupakan wadah anak untuk mengenal bunyi
serta suara yang dapat didengar atas produksi vibrasi atau getaran gelombang suara.
Dari sumber suara kemudian anak mulai belajar menyanyi dan hampir sama prosesnya
pada waktu anak mulai belajar berbicara yaitu dengan cara meniru. Saat peniruan
anak tersebut menjadi proses pembentukan kepribadian, anak-anak dapat berbicara
menggunakan bahasa daerah diakibatkan oleh orang-orang yang ada disekitarnya.
Sama halnya dengan anak-anak yang mendengarkan syair-syair dan mencoba
menirukannya dan begitupun juga dengan perilaku. Jika ia mendengarkan lagu yang
berkesan gembira, gagah, penuh ekspresi serta gaya, ia akan meniru model atau
contoh dari yang mengajarinya.[12]
Bentuk melodi
atau bentuk lagu yang terdapat dalam kelong-kelong palosserang hanya ada satu
bentuk, satu bentuk tersebut dimainkan dengan menggunakan syair yang tidak
terbatas jumlahnya sampai anak dapat tertidur.
Dapat kita lihat bahwa kalimat melodi atau kalimat lagu
yang berulang-ulang secara teratur dalam tempo yang sama membawa perasaan
hanyut sehinnga sampai mereka tertidur. Meski seorang anak yang berusia 1-2
tahun kebawah belum bisa memaknai lagu tersebut namun adanya kalimat lagu yang
teratur dan berulang-ulang memberikan ketenangan. dapat dilihat dalam
keseharian kita bahwa bayi akan menyusui lebih tenang dan lebih mudah berhenti
menangis di dada sang ibu (pelukan ibu) suatu kemungkinan besar karena
merasakan keteratuan detak jantung. Seperti yang dikatakan oleh wigram, bila
element musik stabil dan dapat diprediksi maka subjec cenderung merasa rileks.
Selain itu juga dikatakan bahwa element relaksasi yang potensial jika adanya
stabilitas yang berangsur-angsur pada irama, tempo, timbre, tekstur yang
konsisten, garis melodi yang terprediksi serta pengulangan-pengulangan materi (
bentuk melodi atau bentuk lagu).[13] Selain
itu juga dikatakan musik yang berirama melow dan melankolis merupakan jenis
musik yang menyayat perasaan. Musik semacam itu bisa menurunkan asupan sejumlah
komposisi kimia dalam otak.[14] Dengan
demikian di atas dapat kita mengetahui bahwa musik mempunyai stimulasi terhadap
manusia agar dapat menyenangkan perasaan pendengar, misalnya seorang anak lebih
cepat tertidur ketika mendengarkan lagu-lagu dibandingkan tidak mendengar sama
sekali. Meski penjelasan tersebut belum sampai ketitik bagaimana bagian tubuh
merespon bunyi namun dapat kita melihat dari pengalaman empirik khusnya bagi
para pendengar musik. Kita semua mengetahui bahwa musik dapat membuat kita
senang, maka dari itulah kita mendengarkan musik, dan mungkin bisa saja musik
mempunyai kebutuhan lain dalam tubuh misalnya musik dijadikan sebagai
pengobatan, musik sebagai media terapi, serta musik sebagai media untuk simedi.
Hal ini menunjukan bahwa adanya peranan musik dalam kehidupan manusia sehingga
musik itu masih ditemukan dilingkungan hidup manusia. Nurhayati dari Malaysia
mengemukakan hasil penelitian dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi
Islam, beliau mengatakan bahwa setiap suara atau sumber bunyi memiliki
frekuensi dan panjang gelombang tertentu
memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek
menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh,
meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan
suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan,
mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa,
dan lain sebagainya.[15]
Meski demikian diatas bukan berarti hal yang mutlak, peranan musik dalam
pembentukan karakter anak sangatlah kurang karena musik sangat abstrak untuk
bisa di serap secara ideal. Yang paling berperan penting dalam pembentukan
ideologi atau prinsip anak itu lebih kepada lirik lagu karena kalimat lebih
mudah dimaknai dibandingkan dengan nada-nada itu sendiri, penulis hanya
mewujudkan bahwa elemen-elemen dalam musikal itu terdapat kolerasi terhadap
konteks dan manusianya. sehingga kita dapat melihat bahwa bentuk melodi dalam
kelong-kelong palloserang dalam konteks menidurkan anak juga mempunyai peranan
tertentu meskipun sangat minimalis.
Bernyanyi merupakan suatu kegiatan yang dapat menyenangkan bagi anak dan
pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan tersendiri kepada anak. Bernyanyi
tidak jauh beda dengan membacakan cerpen kepada anak sehingga anak lebih cepat
tertidur. hal demikian merupakan hal yang menjadi fenomena umum yang terdapat
diberbagai daerah demikian juga terjadi di makassar sulawesi selatan.
Kelong-kelong palloserang dinyanyikan pada dasarnya yaitu menidurkan
anak-anak namun disisi lain juga merupakan kegiatan yang menunjang perkembangan
anak khususnya dalam hal perkembangan motorik, perkembangan bahasa dan
berfikir, serta perkembangan social. Dalam menyanyi anak dapat mengembangkan
kemampuan motoriknya melalui perasaan irama lagu yang dinyanyikannya. Dengan
menyanyi anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan berfikirnya yakni
melalui syair-syair lagu yang dilafalkannya dan dengan menyanyi pula anak dapat
mengembangkan kehidupan sosialnya yakni melalui tema atau lirik-lirik lagu yang
menggambarkan lingkungan tempat tinggalnya atau alam sekitarnya. Oleh sebab
itu, kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan yang penting bagi anak. Masa
kanak-kanak dibagi ke dalam dua tahap yaitu masa kanak-kanak awal dan masa
kanak-kanak akhir. Pada usia ini ketergantungan anak semakin berkurang
sedangkan sikap mandiri semakin bertambah secara perlahan-lahan.[16]
Faktor-faktor sosial menjadi kajian yang sangat rumit dimana adanya bermacam-macam aspek yang menjadi latar
belakang yang mendorong manusia berinteraksi. Tidak lain bahwa lingkungan yang
menjadi faktor terbentuknya kesadaran dan kesadaran sendiri yang membentuk
pergerakan untuk merubah sosial. Dengan munculnya pemikiran para ahli sosial
mengenai interaksi manusia sangat memberikan kontribusi dimana mewujudkan
pemikirannya melalui realita-realita yang mereka temui. Faktor yang membentuk
tindakan atau pola pikir atau selera seseorang adaalah faktor fenomena sosial, fenomena
sosial yang menjadi pembentukan yang paling natural hingga pada pembentukan
ideologi itu sendiri.
Ideologi yang di bicarakan di sini adalah corak kehidupan yang ada pada
diri seseorang yang memberi ciri khas bagi pemiliknya dan membedakannya dengan
orang lain. Maka, kita bisa melihat penampakan kepribadian yang ada pada diri
manusia itu dari luar, berupa perbuatan-perbuatan fisik maupun sikap-sikap
mental yang ditampakkannya secara konstan dalam kehidupan kesehariannya. Kita
bisa mengenali mana orang yang baik dan mana orang yang jahat dari tingkah laku
yang dijalankannya dan sikap mental yang ditampakkannya. Kita bisa
mempersepsikan mana orang yang terhormat dan mana orang yang hina dari berbagai
sikap dan omongan yang ditampilkannya secara tetap.
Penanaman ideologi yang mungkin
tidak kita sadari selama ini menjadi pengaruh besar dalam kreatifitas pola
berfikir individu. Dapat dilihat dari mental manusia serkarang ini dimana
manusia sudah menjadi suatu produk yang selalu diikat dengan aturan atau
digerakkan dengan ideologi-ideologi tertentu demi kepentingan tertentu. Banyak
faktor yang membentuk ideologi manusia dalam interaksi sosialnya. Yang pertama
dapat kita lihat interaksi secara langsung atau mengikuti sistem-sistem yang
baku. Secara tidak sadar hal demikian juga menjadi faktor pengaruh dalam pola
berfikir ataun kreatifitas manusia, dengan adanya ajaran moral, agama,
adat-istiadat menjadi panutan besar
untuk seseorang berinteraksi.
Fenomena demikian diatas menjadi suatu landasan berfikir, dimana penulis lebih
spesifik membahas dengan ruang lingkup yang kecil, yaitu ruang keluarga.
Keluarga yang menjadi perang penting dalam pembentukan ideologi, dimana
ajaran-ajaran selalu dilontarkan pada anak disetiap harinya atau disetiap anak
melakukan hal yang salah.
Masa
remaja, pendidikan dan lingkungan dimana anak bergaul yang menjadi peran
penting dalam pembentukan ideologi individu. Seperti yang telah dijelaska
sebelumnya bahwa pengaruh kepribadian lebih kepada hal yang tidak disadari
dimana dimana tindakan yang yang menjadi rutinitas secara tidak sengaja akan
mengakar dalam tubuh kita. Secara tidak sadar tindakan seorang anak dibangun
dimana mereka berinteraksi. Interaksi paling dominan adalah lingkup keluarga
salah satunya adalah kelong-kelong palloserang dimana dalam syairnya selalu
mengandung nilai-nilai budaya yang secara tidak sadar akan tertanam dalam diri
setiap individu. Sesuai yang dijelaskan sebelumnya bahwa kelong-kelong
palloserang menjadi suatu perilaku rutinitas bagi masyarakat makassar dimana
disetiap menidurkan anak-anak selalu dinyanyikan lagu-lagu yang berisikan
pesan-pesan dan harapan, dan mengenai harapan juga merupakan suatu tindakan
yang pada dasarnya membawa kita kepada titik penyadaran.
Proses berlangsungnya kelong-kelong palloserang menjadi
media interaksi antara anak dan orang tua memang tidak secara langsung
membentuk pola pikir anak tetapi perlu disadari bahwa tindakan-tindakan itu
semua berasal dari tiruan, setelah umur dewasa dan mempunyai interaksi yang
lebih luas diluar lingkungan keluarga akhirnya perubahan ideologi berlangsung
dimana manusia sudah dapat membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang
dilarang. Dengan adanya pola pikir seperti ini secara tidak sadar yang
memperlihatkan kita tentang baik dan buruk itu dibangun sebelum kita berinteraksi
lebih luas. Interaksi lebih luas itu hanya menjadi pertimbangan tentang
pengetahuan yang kita dapat sebelumnya sebelumnya dan juga dapat menjadi
perkembangan. Salah satu contoh kecil bahwa interaksi sosial sangat penting
buat keseluruman manusia karena adanya prinsip bahwa gotong royong lebih dapat
mempermudah suatu pekerjaan. Dan lebih sederhana lagi baahwa lahirnya suatu
komunitas atau kelompok masyarakat kita dapat membangun kekuatan massa yang
lebih kuat. Hadirnya kelong-kelong palloserang dimasyarakat sebagai lagu yang
dinyanyikan untuk menidurkan anak-anak itu menjadi pengisi ruang yang sangat
luas, dimana anak-anak belum begitu banyak diajarkan tentang prinsip-prinsip
atau cara bergaul dengan baik, hal demikian karena orang tua hanya melihat dan
mendidik anak dan jika melakukan hal yang salah maka teguran baru dilontarkan.
Hal demikian terjadi sangat relatif yang berbeda dengan rutinitas kelong-kelong
palloserang dimana setia tidur lagu itu dinyanyikan. Pada akhirnya hal demikian
menjadi sangat berkesan buat anak-anak, dan dengan munculnya kesan ini maka
timbullah akan rasa rindu dan sifat hormat kepada orang tua. Contoh kecil
ketika kita melihat orang tua kita, kadang merasa sedih ketika orang tua
bekerja keras sementara kita masih enak untuk bermain, dimana munculmnya rasa
sedih ini kalau tidak pada bagaimana orang tua mendidik kita dan bagaimana
sisksanya orang tua membesarkan kita, dan pada akhirnya semua rasa kasih dan rasa hormat ini muncul dan
tertanam dalam diri setiap individu, Contoh lain yang paling sering terjadi
adalah anak yang manja yang merasa tidak bisa berpisah dengan orang tuanya, hal
demikian karena orang tuanya selalu memberikan rasa kasih sayang yang lebih
kepada anak, dan pada akhirnya rasa kasih sayang ini tertanam dalam diri anak
hingga pada akhirnya anak tidak bisa lepas tanpa pantauan orang tua.
IV. Kesimpulan
Kajian pada faktor-faktor sosial dalam memahami
tingkah-laku individu dalam konteks sosial dengan melibatkan kelong-kelong
palloserang dan pada akhirnya membawa kita pada kajian tentang musik dan
bahasa. Lalu, lebih jauh lagi kajian tentang pengaruh bahasa yang terkandung
dalam musik terhadap kesadaran dan perilaku manusia membawa kita pada kajian
tentang ideologi karena kajian ideologi menyediakan penjelasan bagaimana
pengaruh sosial terutama melalui bahasa dan musik yang dapat masuk dan
mengarahkan perilaku individu. Hal demikian menekankan pentingnya memahami
pengaruh ideologi dalam pembentukan opini individu dalam suatu masyarakat
tertentu Dengan beragamnya benturan-benturan dalam perkembangan jaman yang
dapat melahirkan dan membentuk idiologi individu kepada hal yang instan.
Hadirnya kajian kelong-kelong paloserang ini semoga dapat
menjadi suatu pertimbangan besar buat masyarakat untuk memilih lebih tepat
media yang dapat dijadikan media dalam membentuk ideologi anak. Semoga dengan
hadirnya makalah yang membahas tentang kelong-kelong palloserang dimasyarakat
makassar kabupaten jeneponto desa barana ini dapat menjadi pemahaman yang
hingga pada akhirnya dapat menfilter hal-hal yang pantas untuk dibenturkan
kepada anak-anak. lancarnya benturan media kepada masyarakat sehingga beberapa
kebiasaan-kebiasaan masyarakat itu lebih diperhatikan lagi, hal yang paling
penting dalam pembentukan ideologi adalah hal yang berlandaskan dengan
adat-istiadat, nilai moral dan agama, sangat disayangkan kebiasan-kebiasan ini
digantikan dengan media sosial yang tidak terpungkiri yang dapat mebentuk
ideologi individu yang instan.
Kelong-Kelong Palloserang dapat disimpulkan sebagai salah
satu dari begitu banyak perilaku dalam kehidupan masyarakat jeneponto yang
berperan penting sebagai penyaluran tentang falsafah hidup atau ideologi. Jika
dilihat dari segi proses keberlangsungan kelong-kelong palloserang maka dapat
disimpulkan bahwa lagu yang dekat dengan masyarakat secara tidak sadar
mengambil bagian dalam pembentukan ideologi dan menjadi falsafah hidup bagi
masyarakat.
KEPUSTAKAAN
Abdullah, Irwan. 2007. Kontruksi dan
Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Adrianto, Elvinaro. 2004. Kontruksi Ideologi dan Politik Massa.
Yogyakarta:
Lkis Pelangi Aksara
Depdikbud. 1996.
Musik dan Anak-anak. Jakarta: Depdikbud.
Johan. 2010.
Respons Emosi Musikal. Bandung: Lubuk Agung.
Hamunah. 1987. Musik Keroncong Dalam
Sejarah Gaya dan Perkembangan.
Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Meriam, Alan P. 1964. The Anthropolgy
of Musik. Chicago:
Northwestern University Press.
Watters, Lorraine e, Etc. 1967. The Magic of Music. Hollis Center. ME. U.S.A.
Soedarsono, R.M. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi.
Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
[6]
http://archive.org/stream/TerryEagleton-IdeologyAnIntroduction/TerryEagleton-Ideology-AnIntroduction_djvu.txt
[10]Hamunah, Musik Keroncong Dalam Sejarah, Gaya dan Perkembangan, (Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi,1987),
1-7.
[11]http://expedisipassompa.blogspot.com/2010/12/makalah-antropologi-agama-siri-na-pacce.html
[14]https://siipe2r007.wordpress.com/2012/06/11/karya-ilmiah-pengaruh-musik-terhadap-kesehatan-jiwa-fungsi-dan-kerja-otak-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar