Melihat Peranan
Gerak, Musik, dan Syair, Dalam kesenian Ang_Aru:
Apakah
Aru Termasuk seni Tari Atau Seni Teater?
Oleh:
Dita Pahebong
Email:ditapahebongbarana@gmail.com
Gowa
adalah salah satu kabupaten yang terdapat disulawesi selatan yang mempunyai
kesenian yang beragam salah satunya yaitu Aru. Aru merupakan sumpah atau ikrar
prajurit terhadap rajanya. Seiring dengan perkembangan jaman maka aru sering
ditemui saat menjemput pengantin ataupun menjemput pemerintah dalam acara-acara
tertentu.sampai saat ini aru masih ditemukan dan hampir semua orang menggunakan
aru sebagai kesenian penjemputan. Jika melihat dari segi syair aru dapat
dikatakan sebagai refresentasi kesetiaan prajurit terhadap rajanya. Namun meski
demikian aru yang kita temukan saat ini tidak lagi menjadi aru yang sesuai
dengan syairnya karena aru dapat disajikan oleh siapa saja dalam artian bukan
raja.
Aru
dalam konteks penjemputan pengantin tidak lain dari pelestarian budaya atau
sebagai hiburan, atau disisi lain sebagai ke_seni_an dalam bentu mata
pencaharian. Aru yang sering kita temukan diacara pesta perkawinan dan bukan
lagi sumpah yang diucapkan sebagai ikrar prajurit terhadap rajanya. Pada dasarnya
aru ini adalah sumpah dalam artian penekanan aru ini terdapat pada syair yang
diucapkan. Sumpah ini diucapkan dengan ekspresi yang emosi sebagai pemunculan
kelelakian atau keberanian serta keyakinan akan kalimat yang dia ucapkan. Selain
dari pengucapan pelaksanaan aru juga menggunakan badik sebagai symbol kelelakian
karena badik dianggap sebagai senjata oleh masyarakat Makassar pada umumnya.
Penulis disini tidak terlalu dalam
pembahasan mengenai aru karena dianggap sudah banyak mengetahui dan menyaksikan
langsung karena saat ini masih sangat sering ditemukan baik dalam acara
pemerintahan ataupun perkawinan. Penulis saat ini lebih kepada pembahasan bahwa
kesenian aru tersebut apaka termasuk seni tari atau teater.? Dan akhirnya
pertanyaan tersebut yang menggiring penulis untuk melihat sebenarnya yang
dimaksud tari dan teater itu seperti apa, hal tersebut menbawa penulis untuk melihat
referensi-referensi yang sudah banyak digunakan oleh para ahli kemudian penulis
mengkolerasikan tentang permasalahan diatas sebagai tolak ukur untuk menjawab
permasalahan. Sesuai dengan keterbatasan, penulis menemukan beberapa tolak ukur
yang mungkin dapat digunakan untuk melajutkan tulisan tersebut. Sedikit-demi
sedikit kita melihat sebenarnya tari dan teater itu seperti apa.
Menurut Hawkins tari adalah ekspresi jiwa
manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak
sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolik dan sebagai ungkapan si pencipta.[1] Selain
itu juga dikatakan oleh M. jazuli dalam dalam Soeryobrongto bahwa tari adalah
gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi music.[2] Sedangkan
teater adalah suatu wadah pertunjukan. Teater diketahu secara umum bahwa tempat
atau sebuah pertunjukan lakon dan drama. Sebelum kita melihat lebih dalam
teater itu terlebih dahulu kita memahami drama tersebut.
Menurut Wood dan Attfield, 1996
(dalam Sariana, 2010:60) Drama adalah
proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniruh gerak pembicaraan
perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan,
penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam
suatu lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian
cerita cerita tertentu.[3] Selain itu Selanjutnya
keterangan lain yang terdapat dalam Webster’s New Internasional Dictionary
(dalam Tarigan,1984:71) mengatakan bahwa drama adalah
suatu karangan, kini biasa dalam prosa disusun buat pertunjukan dan
dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh suatu cerita dengan gerak dan
biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik beberapa hal berdasarkan cerita
dan sebagainya yaitu lakon. Direncanakan atau disusun sedemikian rupa untuk dipertunjukkan
oleh pelaku di atas pentas.
Dengan beberapa pendapat dari para ahli diatas maka
penulis mencoba meng_kolerasikan dengan Kesenian Aru tersebut. Aru dapat juga
dikatakan sebagai seni tari karena juga terdapat gerak atas ekspresi yang ingin
disampaikan. Selain itu juga terdapat music sebagai pengiringnya. Jika dilihat
dari pendapat M. jazuli maka sangat tepat jika Aru dikatakan seni tari karena gerak dan musiknya
sangat selaras. Dapat dilihat saat aru berlangsung, Pangngaru[4] tersebut
mengeluarkan getaran badan sesuai dengan ekspresi tentang apa yang ingin
disampaikan kemudian music juga begitu keras karena diringi dengan tungrung
pakanjara[5],
dua hal antara gerak yang sifatnya emosional dan music yang sifatnya keras dan
cepat menandakan bahwa adanya keselarasan tentang tari dan music.
Aru juga dapat dikatakan sebagai
teater atau drama karena didalam aru juga terdapat dialog tunggal dan meniru
gerak pembicaraan sesuai dengan apa yang dibayangkan terhadap dialognya. Seperti
yang dimaksudkan oleh Wood dan Attfield. Jika dikembalikan pada penekanan aru tersebut maka lebih
kepada dialog atau syair dan gerakyang terdapat didalamnya hanya sebagai
pendukung agar ekpresi dalam penyampai syair tersebut dapat sesuai dengan
maksud syairnya. Jika keselarasan gerak dan music yang terdapat dalam Aru maka
menurut penulis sendiri sesuatu yang wajar karena mempunyai peranan serta
fungsi yang sama, dalam artian gerak disini sebagai pendukung dari segi
ekspresi yang bentuknya visual dan music disini membantu membangun karakter
dari segi musical. Yang intinya disini yang ingin ditekankan adalah syair yang
diucapakan oleh pangngaru.
Dapat juga dilihat dalam konteks pelaksanaan aru sendiri.
Sampai saat ini juga belum ada pernyataan yang mengatakan bahwa gerak yang
terdapat dalam aru tersebut merupakan suatu yang mutlak atau suatu yang
dibentuk dengan sengaja melaikan gerak yang terdapat dalam aru itu hanya
sebagai gerak spontanitas sebagai pendukung ekspresi terhadap peristiwa syair
yang ingin disampaikan. Jika dilihat sebaliknya maka syair aru sudah pasti, dan
meskipun ada perbedaan bahasa disetiap daerah tetap struktur dan maksud yang
ingin disampaikan tetap sama. Menurut penulis ini yang dapat dijadikan sebagai
parameter bahwa aru memang penekananya adalah syair dan bukan gerak. Dengan penjelasan
diatas maka kita dapat menarik benang merah bahwa yang ingin ditonjolkan dalam
Aru adalah syair dan bukan gerak ataupun musiknya meskipun dalam konteks
pertunjukan ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan tetapi
dengan penjelasan diatas memperlihatkan bahwa ketiganya mempunyai peranan
tersendiri.
Sampai saat ini penulis belum pernah mendengar
pengolongan Aru tersebut, apakah Aru termasuk seni tari atau seni teater. Jika melihat
dari peranan antara gerak, syair, dan music didalam Aru maka sangat jelas bahwa
aru adalah termasuk drama kemudian dipentaskan sehingga sampai kepada kesimpulan
bahwa Aru adalah seni teater. Dan jika adapun pendapat lain yang bertolak
belakang mengenai pendapat diatas maka sangatlah wajar karena belum ada
sebelumnya ahli yang mengatakan bahwa Aru tersebut termasuk seni tari ataupun
seni teater. Sampai saat ini belum ada pendapat yang mutlak yang bisa dijadikan
sebagai acuan.
Yogyakarta 14 Juli 2015
Dita
Pahebong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar