Sabtu, 04 Juli 2015

PERTUNJUKAN CANDOLENG-DOLENG SEBAGAI WADAH MENCARI DUA KEPENTINGAN YANG BERBEDA ANTARA PEMILIK ELEKTONE DAN BIDUAN

PERTUNJUKAN CANDOLENG-DOLENG SEBAGAI WADAH MENCARI DUA KEPENTINGAN YANG BERBEDA ANTARA
PEMILIK ELEKTONE DAN BIDUAN
Oleh:Dita
Fenomena sosial semakin hari semakin rumit untuk dipahami, semakin hari semakin banyak properti yang muncul yang belum pasti diketahui arah dan asalnya.  dengan adanya properti-properti dalam kehidupan bermasyarakat maka kehidupan ini menjadi beragam serta manusia mempunyai pola hidup yang berbeda-beda tegantung pada setiap individu karena setiap manusia mempunyai cara tersendiri untuk mempertahankan hidupnya hingga pada akhirnya cara yang mereka lakukan tergantung pada pengetahuan yang dimiliki setiap orang.
Dengan keberlangsungan hidup setiap kelompok masyarakat ataupun setiap individu tentunya tidak terlepas pada interaksi budaya atau interaksi secara per_orangan. Dalam interaksi ini, hegemoni nampaknya menjadi salah satu hal yang paling relevan untuk mengaplikasikan ideologi, dalam hal ini penulis mencoba melihat  bagaimana ideologi bekerja dalam interasaksi masyarakat karena Peranan ideologi  dianggap mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini penulis akan membahas musik dangdut sebagai Salah satu properti masyarakat yang sering ditemukan sebagai hiburan yang merakyat atau terdapat dimana-mana. Dangdut adalah salah satu aliran musik yang tidak asing lagi di masyarakat, dangdut kita ketahui sebagai musik yang merakyat sejak berdirinya Negara indonesia. dangdut adalah salah satu gengre musik yang berkembang di Indonesia, gengre musik dangdut berakar dari musik melayu sekitar tahun 1940-an.
seiring dengan perkembangan zaman musik dangdut terpengaruh dengan unsur-unsur musik india dari segi permainan gendang sama seperti tabla juga pada cengkok dan harmonisasinya. Sejak tahun 1970-an musik dangdut boleh dikatakan telah matang dengan bentuknya yang menghibur dan dikelompokkan sebagai musik populer di Indonesia. Musik dangdut merupakan tiruan dari suara permainan tabla yang sering di sebut kendang yang khas dan didominasi dengan bunyi Dang dan Ndut sehingga penamaan tersebut dikenali hingga populer dimasyarakat.
Dari perkembangan musik dangdut sampai pula kepelosok-pelosok daerah. Musik dangdut yang terdapat disetiap daerah lebih banyak mengalami perkembangan baik dari audio maupun visiualnya, perkembangan begitu cepat berlangsung berdasar dari ide-ide kreatif pelaku untuk meningkatkan minat pasar. Artinya perkembangan musik dangdut ini adalah salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan dari segi ekonimi, saat ini dapat kita lihat beberapa perkembangan seperti dalam penyajian dangdut dari keyboard tunggal atau di sebut elektone yang menggunakan kaset ataupun flash disk sebagai media untuk menyimpan file musik sehingga banyak perbendaharaan lagu yang dimiliki oleh pemain.
 penyajian musik dangdut disaat ini rata-rata menggunakan minus one kemudian ditambah dengan variasi melodi dengan bunyi instrument yang beragam sesuai kebutuhan lagunya. Hal Ini salah satu cara untuk memudahkan pertunjukan tersebut, karena dari segi personil elektone hanya membutuhkan satu orang pemain, berbeda dengan orkes dangdut yang lengkap instrumentnya. Adapun perkembangan lainnya dapat kita lihat dari segi penyanyi atau biduannya yang kebanyakan adalah perempuan yang menggunakan pakaian lebih terbuka atau lebih sexy, dengan tujuan menarik minat laki-laki sebagai penontonnya.
Bila ditinjau dari aspek sosial pada dasarnya laki-laki lebih mendominasi kaum wanita, dimana wanita hanya sebagai penghibur bagi laki-laki, tanpa disadari dalam pertujukan musik dangdut terdapat degradasi moral terhadap wanita untuk mencapai kebutuhan ekonomi.
 Di sini penulis berpendapat bahwa didalam fenomena musik dangdut ada ketidak stabilan, sistem mengenai eksistensi gender yang bersifat politik terhadap kedudukan wanita yang dapat berdampak kemasyarakat umum.Didalam penyajian karya seni adalah representasi, karena memang dalam proses pengembangan atau proses penciptaan seni bersinggungan dengan kenyataan objektif atau kenyataan dalam dirinya, Perspektif penulis dalam perkembangan musik dangdut ini lebih berfikir representasi tentang sensulitas untuk menarik minat penikmat dan merangsang imajinasi dengan cara mengesploitasi wanita atau menggunakan penyanyi wanita yang berpakaian lebih terbuka.
Hal yang menarik dengan hadirinya musik dangdut dimasyarakat adalah bagaimana mengetahui latar belakang yang mendorong lestarinya musik dangdut yang sifatnya erotis yang diatur dengan sistem atau ideologi tertentu. Ideologi yang dimaksudkan adalah sistem pemilik modal yang mempunyai kuasa penuh dalam mengatur berlangsungnya pertunjukan dan memilih penyanyi dengan upaya dapat menarik minat masyarakat demi kebutuhan ekonominya. Musik dangdut yang dimaksudkan adalah pertunjukan candoleng-doleng, candoleng-doleng merupakan pertunjukan yang paling sering ditemukan disaat pesta ataupun kampaye partai politik. Pertunjukan candoleng-doleng ini sangat digemari oleh para laki-laki dimana goyangan penyanyi lebih erotis dan bahkan sampai telanjang. Hal ini masih detemukan diberbagai daerah khususnya disulawesi selatan. Pertunujukan candoleng-doleng pada dasarnya adalah pertunjukan yang tersembunyi dalam artian pertunjukan yang terdapat didaerah-daerah terpencil tetapi seiring perkembangan jaman maka candoleng-doleng menjadi populer diseluruh masyarakat sulawesi selatan yang pada umumnya digunakan saat menghibur tamu yang datang pada saat pesta perkawinan.
Musik dangdut menjadi budaya populer dimana musik dangdut yang sifatnya erotis terdapat dimana-mana dalam hal ini penulis mencoba melihat dari dua hal yaitu dari segi kepentingan kelas dominan dan kepentingan kelas kelas bawah dengan cara menceritakan kedudukan masing-masing dalam sebuah ikatan kerja yaitu pertunjukan musik dangdut. Marx mengatakan bahwa  kedua kepentingan yang berbeda yang menyebabkan perbedaan sikap terhadap perubahan sosial. dimana kelas atas selalu mempertahankan ideologi dan kelas bawah yang menjadi bahan eksploitasi demi mendapatkan kepentingan bersama dalam satu wadah kerja. Penulis akan menceritakan dua kepentingan yang berda dalam penerapan suatu wadah kerja, yang dimaksudkan dengan kelas atas adalah pemilik elektone dan kelas bawah adalah wanita sebagai biduan dan wadah kerja adalah pertunjukan itu sendiri.
Rumusan Masalah
Bagaiaman peranan pemilik modal dalam melangsungkan pertunjukan dangdut sebagai mata pencahariannya?
Bagaiaman upaya-upaya biduan untuk mencapai kepentingannya dalam pementasan musik dangdut?

Kepentingan Pemilik Modal Dalam Mengejar Pasar
            Pada dasarnya musik orgen tunggal hanya menghibur tamu-tamu baik diacara nikahan ataupun acara lainnya. Orgen tunggal pada awalnya hanya membawakan lagu-lagu dangdut yang selow dan penyanyipun masih berpakain rapi selayaknya wanita indonesia. Namun berkembangnya zaman semakin banyak yang mempunyai elektone atau orgen tunggal dan pada akhirnya persaingan antara kelopok pun hadir dimasyarakat.
Semakin banyaknya kelompok orgen tunggal ini yang menjadi salah satu penyebab munculnya persaingan dan persaingan pun pada dasarnya hanya pada bagian suara yang lebih jernih dan kemampuan menyanyi yang lebih berkualitas namun modal sound dan suara penyanyi ternyata tidak cukup juga dan akhirnya hiburan menghadirkan penyanyi yang lebih mampu bergoyang dengan upaya bagaimana dapat menghibur dan menarik minat pasar.
Sejak tahun 2000an ada beberapa pemilik elekton yang rela menjual elektone karena merasa sudah tidak diminati lagi, ternyata ada beberpa pemilik elekton yang berupaya bagaimana dominan dalam persaingan salah satu diantaranya dengan cara memasang harga yang lebih murah dan pasilitas yang sangat sederhana, misalnya elekton inisial AR yang berada dikota takalar pada tahun 2000an masih menerimah pesanan sampai Rp.600.000 pada saat mengisi acara pesta siang dengan menggunakan penyanyi dua orang dan pemain orgen tunggal satu orang. Sound juga secukupnya dan tidak menggunakan panggung. Namun disulawesi selatan makassar khususnya sangat jarang mengadakan pesta siang karena selain panas juga warga kurang yang datang karena berbenturan dengan pekerjaannya.
Perkerjaan sangat disibukkan diwaktu pagi sampai siang hari dan sore hari digunakan untuk istirahat hingga untuk menghadiri acara pesta siang sangat jarang. Sehingga masyarakat lebih banyak mengdakan acara pada saat malam hari setelah waktu sholat magrib sampai selesai. Jika pesta malam ini berlangsung maka hiburan juga dihadirkan dimalam hari dan kebanyakan masyarakat merasa tidak terhibur jika malam hari elekton yang menjadi hiburan tidak menggunakan panggung dan sound yang maksimal serta penyanyi yang hanya dua orang. Sehingga elektone yang masih mengunakan kemaksimalan diatas tidak laku lagi dimasyarakat.
Kebutuhan masyarakat  menjadi porsi yang harus dipenuhi oleh pemilik elektone sehingga elektonnya dapat diminati oleh banyak masyarakat. Dan pada akhirnya pemilik elekton pun menambah pasilitas mulai dari panggung, sound, serta lampu-lampu sebagai asesoris yang dapat memunculkan suasan ramai saat pertunjukan berlangsung. Jumlah penyanyi juga ditambah yang tentunya mempunyai kemapuan bergoyang dan tentunya banyak menguasai lagu. Jauh sebelum adanya orgen tunggal yaitu pada tahun 1970an sudah banyak penyanyi dangdut yang terkenal seperti Meggy Zakaria, vetty vera, Nur Halimah, Iis Dahlia, Ikke Nurjanah, Dewi Persik, Cici Paramida, Inul Daratista dan banyak lagi penyanyi dangdut lainnya.
Lagu-lagu yang diciptakan oleh para penyanyi terdahulu menjadi modal utama yang sering dibawakan oleh para penyanyi elekton dengan iringan orgen tunggal atau minus one. Namun seiring berkembangnya zaman maka masyarakat tidak cukup terhibur dengan hanya goyangan yang dianggap biasa-biasa saja. Kemudia munculnya media yang menarik perhatian saat tahun 2000an saat munculnnya goyangan yang meliuk-liuk dari atas kebawah yang dikenal sebagai goyangan maut yang dipopulerkan oleh Inul daratista. Ini salah satu faktor masyarakat lebih menyukai musik yang lebih goyang seperti aksi Inul daratista saat menyanyi diatas panggung. Meski saat itu Inul Daratista sangat dikecam oleh para ulama yang menganggap bahwa gaya musik yang tidak bermoral namun ternyata dengan isu itu juga nama dengan goyangan Inul Daratista semakin dikenal dimasyarakat.
Disini awal mula terlihat selera masyarakat bergeser dan akhirnya menjadi lirikan para pemilik elektone sehingga mulai muncul upaya-upaya para untuk mengkreasikan setiap elektonnya. Dengan upaya-upaya tersebut pemilik elektone mencoba mencari penyanyi yang mempunyai modal kecantikan dan modal tubuh yang dikenal dengan body gitar  yang tentunya bisa bernyanyi dan mampu bergoyang. Pemilik elekton tidak terlalu mementingkan kemampuan bernyanyi para biduan tetapi lebih mementingkan goyangan. Pemilik elektonpun tidak berhenti dengan sekedar memilih penyanyi seperti disebutkan diatas namun pemilik elektone  juga punya penilaian lain agar para biduan lebih maksimal diatas panggung, misalnya pemilik elektone memberikan poin atau honor lebih tinggi jika goyanggannya makin menarik sehingga biduan yang memang mengejar uang mencobah bergoyang semaksimal mungkin selain itu pemilik elektone biasanya mempersiapkan minuman keras dibelakang panggung sehingga semua biduan minum dengan upaya menghilangkan rasa malu diatas panggung.
Tidak banyak biduan elektone candoleng-doleng yang tidak mengunakan minuman keras pada saat persiapan sebelum bernyanyi.  Tidak jarang ditemukan elektone dimakassar yang bebas dari alkohol mereka menganggap bahwa alkohol dapat memberi mereka semangat dalam bernyanyi. Alkohol yang sering dikonsumsi bukan dari mereka sendiri tetapi kebanyakan disiapkan oleh pemuda setempat dimana mereka perfom. Upaya-upaya pemuda setempat memberikan alkohol seperti botolan atau pun tuak supaya mereka bias lebih dekat selain itu mereka senang ketika para biduan mabuk karena aksi diatas panggung dapat menghibur.
Pemilik elektone bukan hanya mempunyai modal uang tetapi juga mempunyai modal social dalam artian banyak kenalan disteiap daerah sehingga mereka lebih aman ketika perfom didaerah-daerah. Ketika modal social dan modal uang sudah ada maka  menjalankan bisnis pertunjukan ini menjadi lebih mudah. Kebanyakan terlihat dalam kelompok elekton-elekton lainnya mereka kadang takut perfom di daerah tertentu karena kebanyakan pemuda dimakassar sangat mudah mengundang keributan apalagi dalam kondisi keramaian. Hal ini juga menjadi modal utama sehingga mempunyai wadah perfom yang lebih luas dan aman.
Upaya-upaya pemilik elekton terlihat bagaimana caranya supaya mereka lebih menarik dimata masyarakat. Suatu keuntungan besar ketika mereka sudah dikenal dan diakui kualitasnya dimasyarakat, pemilik modal mampu menaikkan harga yang jauh dari sebelumnya. Harga menurut masyarakat tidak lagi menjadi masalah ketika kualitas memang memadai karena yang dibutuhkan masyarakat adalah bagaimana dapat menghibur para undagan yang datang.
Melihat upaya-upaya pemilik elektone Nampak juga agak rumit sehingga kelompoknya dapat dominan dimasyarakat. Upaya-upaya seperti diatas hanya dijalankan oleh para pemilik elekton dan tidak untuk semua pendukungnya. Upaya-upaya tersebut memang tidak terlalu Nampak namun pasti adanya, menarik dimasyarakat adalah keinginan semua pemilik elektone karena pemilik elektone menganggap ini salah satu pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Perlu disadari bahwa ekonomi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi untuk kesejahteraan hidup.  Ekonomi sekarang ini sudah menjadi penentu untuk menyambung hidup dan melengkapi kebutuhan hidup dan pada akhirnya tidak heran lagi jika upaya-upaya untuk mendapatkannya tidak begitu mudah.
Diera sekarang ini sudah banyak ideology para pemilik modal tidak asing lagi kelihatannya jika menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungannya sama halnya dengan upaya-upaya pemilik elektone menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kebutuhannya. Sangat terlihat upaya-upaya pemilik elektone dalam penerapan ideologi untuk mendapatkan kebutuhannya, hal yang perlu diketahui bahwa pemilik modal bukan hanya memberikan keuntungan sebagai kepentingan pekerjanya melainkan mereka mempekerjakan juga berdasarkan kepentingan dirinya.
Upaya-Upaya Penyanyi Dalam Mengejar Kepentingannya
Biduan atau penyanyi elekton menjadi yang utama untuk menghibur penonton, pandangan penonton saat menyaksikan pertunjukan candoleng-doleng hanya tertuju pada satu arah yang pastinya dapa biduan atau penyanyi. Hal yang paling sering ditemukan ketika ada yang mempertanyakan kualitas elekton pasti pada kecantikan dan kemampuan  biduannya.
Hal ini terlihat bahwa semua pertunjukan candoleng-doleng hanya menarik pada penyanyinya sehingga penyanyi dipilih yang pastinya punya kemampuan dalam bergoyang dan bernyanyi selain itu juga mempunya modal tubuh yang menarik, karena yang diperjualkan lebih dominan pada goyangan  dibandingkan dengan suara.
Biduan bernyanyi dan bergoyang diatas pang juga bukan karena happy atau sekedar hobbi tetapi mereka juga mempunyai kepentingan yaitu uang. Mereka bergoyang supaya dapat menarik dan disenangi oleh masyarakat. Bergoyang dan bernyanyi seperti pada umumnya dikenal dimedia ternya tidak menarik bagi masyarakat. Dan pada akhirnya biduan mencari cara dan menggunakan kemapuannya untuk menarik perhatian masyarakat.
Salah satu dari banyak aksi candoleng-doleng dalam menarik perhatian masyarakat yaitu goyangan yang erotis yang dipertontonkan seorang biduan pada acara-acara pernikahan dibanyak wilayah disulawesi setan. Biduan memperdayakan dirinya untuk menari perhatian seperti misalnya bergoyang mengunakan pakaian yang terbuka. Goyangnya pun tidak sama dengan goyangan penyanyi dangdut yang ada dimedia, goyangan mereka memang sangat erotis dan dapat memancing birahi para penonton lelaki. Merka membuka baju mulai dari dan memperlihatkan kedua payu daranya dan meremas-remas seolah lagi melakukan seks dan meberikan desahan-desahan yang dapat menarik perhatian penonton. Bukan hanya itu mereka juga menerima saweran dengan cara menyelipkan uang penonton dibagaian tubuhnya yang sensitive. Upaya biduan  menerima saweran supaya mempunyai penghasilan lebih diluar dari honor yang sudah ditetapkan.
Untuk menghadirkan pertunjukan candoleng-doleng tidak membutuhkan uang yang begitu banyak biasanya pemilih hajatan mengeluarkan uang sebanyak 2,5 juta sebagai bayaran keseluruhan pertunjukan candoleng-candoleng, dengan jumalah seperti diatas pertunjukan sudah dapat dinikimati oleh seluruh masyarakat yang hadi dan tidak memandang usia baik dewasa maupun anak-anak. (Tribun Timur edisi 24 Juni 2008).
Jika dilihat honor tetap para penyanyi dalam setiap pertunjukan itu sangat sedikit, menurut harni salah satu penyanyi elekton Armin Super mereka mendapat seratus sampai dua ratus ribu setiap perfom diacara nikahan. Dan waktu perfomnya rata-rata 7 sampai 9 jam dimulai dari jam 8 malam sampai jam 2 pagi.
Jika dilihat penghasilan para penyanyi sangat tidak seimbang dibandingkan aksinya diatas panggung, mereka rela mandi keringat serta payu dara dan kemaluannya dipegang orang demi mendapatkan hasil seperti yang disebutkan diatas.
Beberapa biduan sebenarnya tidak rela mereka menjual kemaluannya diatas panggung tetapi mereka mempunyai tuntutan ekonomi. Mereka mengatakan banyak kebutuhan yang perlu dipenuhi seperti misalnya uang kuliah bagi yang masih kuliah dan biaya anaknya bagi yang janda. Kebanyakan dari mereka juga merasa malu dengan pekerjaanya, mereka tidak mau perfom jika dekat dari tempat tinggalnya karena takut ditonton dengan orang yang mereka kenal.
Pekerjaan seperti ini juga sangat berbahaya dari beberapa media meliput adanya penangkapan biduang candoleng-doleng yang digerebek oleh polisi saat pertunjukan berlangsung. Artinya pertunjukan seperti diatas juga masih dilarang karena dianggap pertunjukan yang tidak bermoral. Mereka juga sadar kalau mereka melakukan hal yang tidak baik dimata agama tetapi mereka tetap saja menjalangkannya karena tuntutan ekonomi.
Pertunjukan candoleng-doleng sering dibubarkan oleh para kelompok agama dimakassar tetapi sampai sekarang ini masih juga berlangsung, bahkan didesa tertentu dilarang lagi untuk menghadirkan pertunjukan erotis disetiap acara pernikahan. Hal demikian hanya berlaku dibeberapa desa saja dan masih banyak desa lain yang masih menerima pertunjukan seperti itu.
Dua bulan yang lalu saat liburan masih banyak ditemukan pertunjukan-pertunjukan candoleng-doleng disepanjang jalan. Peminatnya masih terlihat dimana jalan masih depenuhi oleh penonton yang tidak terhitung jumlahnhya. Pertunjukan candoleng-doleng bukan hanya tontonan untuk orang dewasa melainkan juga anak-anak dan bahkan cewek juga ikut menyaksikannya.
Upaya-upaya diatas bukan hal yang dibuat-buat oleh para penyanyi, hal seperti itu menjadi tuntuntan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemilik elekton tidak hanya memangil penyanyi melainkan punya beberapa pertimbangan yaitu mampu bergoyang dan tentunya mempunyai tubuh yang menarik. Upaya-upaya para penyanyi menjadi sebuah kewajiban supaya mereka dapat dipanggil oleh pemilik elektone, selain itu pemilik elekton juga menggunakan cara seperti misalnya membayar lebih tinggi atau dapat dikatakan bonus kepada penyanyi yang mampu bergoyang dan mampu meramaikan pertunjukan candoleng-doleng. Secara tidak sadar setiap biduan mengejar bonus itu dan mengupayakan sekuat tenaganya supaya dapat dibandingkan beberapa biduan lainnya.
Rasa malu terhadap penyanyi sebenarnya masih ada tetapi ini merupakan tuntutan buat mereka jika ingin mendapatkan upah yang lebih tinggi. Salah satu cara mereka agar dapat maksimal diatas panggung adalah minum atau mabuk, karena dengan cara seperti itu mereka dapat lebih rileks dan lebih bebas diatas panggung.
Dengan berbagai penjelasan diatas maka timbullah persepsi sendiri bahwa upaya-upaya penyanyibukan asli dorongan dalam dirinya karena mereka masih menggunakan alkohol sebagai pendorong untuk mereka lebih aksi diatas panggung, dan mereka sendiri masih punya rasa malu dimana mereka masih memilih tempat-tempat tertentu yang pastinya tidak ada orang yang mereka kenal.
Melihat pertunjukan candoleng-doleng sebagai suatuh wadah mencari kepentinganm antara pemilik elektone dan penyanyi menjadi sebuah hal yang kontras diuman pemilik modal mengupayakan keintektualannya sedangkan penyanyi sendiri mengupayakan harga dirinya,dan pada akhirnya kedua kepentingan tercapai dengan cara yang berbeda.
Pertunjukan candoleng-doleng sudah layak dipandaang sebagai wadah pengeksploitasian, selain itu juga terdapat degradasi gender dan sekaligus degradasi moral. Dalam konteks seperti ini kita dapat melihat kedudukan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki diman perempuan hanya sebagai tontonan dan hiburan yang dinikmati oleh banyak orang, namun yang dinikmati bukan dari kemampuan mereka pada umunya tetapi harga diri mereka yang menjadi hiburan masyarakat umum. Jika kita berbicara moral sebagai manusia yang berbudaya dan manusia yang beragama maka kedudukan moral adalah paling utama dalam hidup, apalagi khusnya masyarakat makasar yang memegang prinsip siri na pacce mereka sudah tidak ada lagi rasa malu dengan hanya karena kebutuhan ekonomi.
Kesimpulan
            Pertunjukan candoleng merupakan wadah dalam mencari kepentingan baik dari pemilik modal maupun biduan sehingga cara dalam meraih kepentingan keduanya terdpat pengeksploitasian. Meski penyanyi tidak merasa tereksploitas dalam wadah tersebut tetapi kenyataanya sangat Nampak, penyanyi mencari kepentingan berdasarkan kemampuan dan menjual harga dirinya sedangkan pemilik modal mencari kepentingan berdasarkan keintelektuannya. Jika memang keintelektualan dan kekayaan itu hadir sebagai pengeksploitaisan maka apalah upaya orang yang tidak mampu seperti mereka, berbicara keadilan maka halo yang terjadi diatas sangat Nampak ketidak adilannya.
 Pemilik elekton mengpayakan caranya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam memilioh biduan bukan sekedar memilih melainkan banyak pertimbangan dan memberikan bonus tertentu buat penyanyi lebih aktif secara tidak sadar mengajak para penyanyi untuk biasa ber_aksi diatas panggung sesuai kemampuan yang dimilik tanpa ada lagi pertimbangan malu, pemilik modal mengupayakan hadirnya minuman supaya para penyanyi dapat bergoyang diatas panggung diluar dari kontropl yang normal.
Dengan hadirnya pertunjukan candoleng-doleng maka berbagai perspektif muncul diman konflik social antara yang pro dan kontra. Jika dilihat lagi dari segi hokum maka pertun jukan tersebut dianggap salah satu aksi porno. Selain itu penghasilan-penghasilan yang dianggap kempentingan utama bagi pemilik elekton ternyata nampaknya tidak pada jalan yang benar. Dalam pertunjukan candoleng-doleng dapat disimpulkan bahwa keintelektualan pemilik elektone dpat mengeksploitasi gender sehingga menghilangkan nilai-nilai humanis baik masyarakat penonton dan khusunya wanita sebagai biduan atau penyanyi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar